Daftar Isi

Selasa, 29 November 2011

Menjadi Pribadi yang Jujur Kepada Diri Sendiri

Sahabatku yang sejatinya hatinya lembut, bisikkanlah ini ...

Tuhanku Yang Maha Mengetahui,

Aku tak damai karena mengingkari yang sesungguhnya kuketahui, menyangkal kebaikan yang dinasehatkan oleh hatiku sendiri, menutup mata hatiku dari bukti yang tak sesuai dengan mauku, dan melarikan diri dari keharusan yang tak dapat kuhindari.

Sesungguhnya aku rindu sekali untuk menyerah kepada kebaikan hatiku sendiri, dan melepaskan diri dari kepalsuan dan dusta yang selama ini kupelihara karena ketakutanku kepada pendapat orang lain.

Tuhan, mudahkanlah aku untuk berhasil dalam proyek perbaikan diriku hari ini.

Damaikanlah hatiku karena kejujuranku kepada diriku sendiri.

Terangkanlah jalan hidupku dalam persahabatan yang ramah dengan diriku sendiri.

Aamiin..

Dari: Mario Teguh

Belum Menikah Tapi Tidak Single

All About Love - WANITA YANG BELUM MENIKAH, TAPI SUDAH TIDAK SINGLE.

Dia mengeluhkan dirinya yang masih sendiri, TAPI tetap memelihara hubungan dengan pria yang tidak baik perilaku dan reputasinya.

SEHINGGA,

Pria-pria baik yang sangat mungkin salah satunya menjadi belahan jiwa yang baik baginya, MENJAUH karena khawatir dengan kedekatan sang wanita dengan pria yang buruk perilaku dan reputasinya itu.

Itu yang menjadikannya tetap "belum menikah, tapi sudah tidak single."

Jadilah seorang wanita single yang ayu, yang dikenal baik dan menarik, dalam pergaulan yang baik, ... lalu perhatikan apa yang terjadi.

Mario Teguh – Loving you all as always

Dari: Mario Teguh

Peristiwa Dipadang Mahsyar

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha).

Demikianlah keadaan manusia tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan. Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga. Dan manusia yang pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيْمُ
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari Kiamat adalah Nabi Ibrahim.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4371).

Adapun pakaian yang dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati. Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَيِّتُ يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
“Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian yang dikenakannya ketika mati.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shohiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3575)

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, tatkala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan, “Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.” (Fat-hul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, 11/383).


Bagaimana Manusia Digiring Ke Padang Mahsyar?

Manusia digiring ke Padang Mahsyar dengan berbagai kondisi yang berbeda sesuai dengan amalnya. Ada yang digiring dengan berjalan kaki, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّكُمْ مُلاَقُو اللهِ حُفَاةً عُرَاةً مُشَاةً غُرْلاً
“Sesungguhnya kalian akan menjumpai Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, berjalan kaki, dan belum dikhitan.” (Hadits shahih. Diriwayat-kan oleh al-Bukhari, no. 6043)

Ada juga yang berkendaraan. Namun tidak sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan, serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan, “Hadits hasan.” Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3582).

Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang kafir digiring di atas wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari Kiamat?!” Qatadah mengatakan, “Benar, demi kemuliaan Rabb kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim, no. 5020).


Ketika Matahari Didekatkan Dengan Jarak Satu Mil

Kaum muslimin yang kami muliakan, ketika manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Jarak satu mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak, semuanya dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara kita dengannya sangat jauh, maka bagaimana jika matahari tersebut berada satu mil di atas kepala kita?!” (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, 2/134).

Jika matahari di dunia ini didekatkan ke bumi dengan jarak 1 mil, niscaya bumi akan terbakar. Bagaimana mungkin di akherat kelak matahari didekatkan dengan jarak 1 mil namun makhluk tidak terbakar?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa pada hari Kiamat kelak tatkala manusia dikumpulkan di padang mahsyar, kekuatan mereka tidaklah sama dengan kekuatan mereka ketika hidup di dunia. Akan tetapi mereka lebih kuat dan lebih tahan. Seandainya manusia sekarang ini berdiri selama 50 hari di bawah terik matahari tanpa naungan, tanpa makan, dan tanpa minum, niscaya mereka tidak mungkin mampu melakukannya, bahkan mereka akan binasa. Namun pada hari Kiamat kelak, mereka mampu berdiri selama 50 tahun tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa naungan, kecuali beberapa golongan yang dinaungi Allah Ta’ala. Mereka juga mampu menyaksikan kengerian-kengerian yang terjadi. Perhatikanlah keadaan penghuni Neraka yang disiksa (dengan begitu kerasnya), namun mereka tidak binasa karenanya. Allah Ta’ala berfirman:
كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَابَ (56)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (An-Nisa’: 56). (Syarah Al-’Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/135)


Golongan Yang Akan Mendapatkan Naungan ‘Arsy Allah Ta’ala

Pada hari yang sangat panas itu, Allah Ta’ala akan memberikan naungan kepada sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
1.
Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3. Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4.  Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”
6. Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7.   Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).

Golongan lain yang mendapatkan naungan Allah Ta’ala adalah orang yang memberi kelonggaran kepada orang yang kesulitan membayar hutang kepadanya atau memutihkan hutang darinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang tersebut, niscaya Allah akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari Kiamat).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3006)

Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita untuk menjadi bagian dari golongan yang mulia ini. Amin

Penulis: dr. Muhaimin Ashuri
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA

Sumber: Dapatkan bacaan menarik lainya di Muslim.or.id

Melampaui Batas Dalam Meng-Agungkan Orang Shalih

Tidak ada yang selamat dari kesyirikan, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk dan penjagaan oleh Allah Ta’ala. Mungkin kalimat ini sangat tepat untuk menggambarkan begitu tersebarnya kesyirikan di tengah-tengah kaum muslimin saat ini. Bahkan kesyirikan di zaman ini lebih parah dan lebih bervariasi bentuknya, dibandingkan dengan kesyirikan pada masa jahiliyyah.

Anehnya, sebagian pelaku kesyirikan tidak mengakuinya, ataupun kalau mereka mengakui kesalahannya, mereka tidak mau meninggalkan perbuatannya. Mereka lebih memilih mengikuti ‘guru-guru’ mereka, daripada penjelasan ulama-ulama kaum muslimin yang membawakan dalil-dalil yang sangat banyak dan gamblang dalam mengingkari kesesatan-kesesatan yang mereka lakukan.


Definisi Orang Shalih

Salah satu di antara bentuk kesesatan mereka adalah berlebihan dalam mengagungkan orang-orang shalih, baik yang masih hidup atapun yang sudah mati.
Definisi orang shalih adalah orang yang telah menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama makhluk dengan baik. Menunaikan hak-hak Allah adalah dengan cara mentauhidkanNya, yang dibuktikan juga dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya dengan penuh ketundukan dan pengabdian hanya kepadaNya. Menunaikan hak-hak sesama adalah dengan cara memberikan segala sesuatu yang menjadi hak mereka, tidak merampas hak milik mereka, dan tidak menodai kehormatan mereka tanpa alasan yang benar. (Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa, cetakan pustaka muslim, hal.143). Manusia yang paling shalih tentu saja adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian para shahabatnya, dan orang-orang setelahnya yang mengikuti beliau dalam ilmu dan amal shalih.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “..Ketahuilah demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah daripada kalian,..” (HR. Bukhari no 5063 & Muslim 1401)


Terlarangnya berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang shalih

Di antara dalil yang melarang perbuatan ini adalah firman Allah yang artinya, “Dan mereka (Kaum Nabi Nuh) berkata, “Jangan kamu sekali-kali meninggalkan sesembahan-sesembahan kamu dan (terutama) janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’quq, maupun Nasr” (QS. Nuh: 23). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka meninggal, syetan membisikkan kepada kaumnya, ‘Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang keshalihan mereka), kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka’. Maka kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan telah hilang ilmu, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya” (Diriwayatkan oleh Bukhari, hadist no.4920).

Sikap ghuluw (berlebihan) terhadap orang shalih adalah sebab paling awal yang menjerumuskan anak adam pada perbuatan syirik akbar. Sehingga, tidak selayaknya, kaum muslimin bermudah-mudahan dan tidak merasa khawatir terhadap perbuatan ini.

Kemudian dalil yang lain adalah hadist dari Umar Bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memujiku sebagaimana orang nashrani memuji Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah ‘ Hamba Allah dan RasulNya”(HR. Bukhari no 3445).

Hadist di atas menunjukkan Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba Allah yang tidak boleh dipuji secara berlebihan, dengan pujian yang hanya layak ditujukan kepada Allah, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rasul Allah yang tidak boleh didustakan. Nabi saja melarang umatnya untuk bersikap ghuluw kepadanya, sedangkan beliau adalah manusia yang paling mulia kedudukannya di sisi Allah. Sehingga bersikap ghuluw kepada orang shalih yang kedudukannya di bawah beliau, tentu lebih layak untuk dilarang.


Macam-macam Ghuluw kepada orang shalih yang diharamkan

a.      Berlebihan dalam memuji orang shalih
Sebagaimana yang dilakukan sebagian kelompok sufi ekstrim, yang berlebih-lebihan dalam memuji syaikhnya, sampai-sampai mengantarkannya kepada syirik akbar dalam rububiyyah. Mereka berkeyakinan bahwa sebagian wali punya kewenangan mengatur alam semesta, diantara wali tersebut ada yang bisa mendengar ketika dipanggil dari tempat yang jauh, dan bisa mengabulkan permintaan orang yang memanggilnya, diantara wali tersebut ada yang bisa memberikan manfaat dan menolak madharat, dan diantara wali tersebut ada yang mengetahui perkara ghaib. Akan tetapi mereka (sufi ekstrim) tidaklah memiliki satu dalil pun untuk mendukung keyakinan mereka ini, kecuali dari perkataan-perkataan dusta atau dari mimpi-mimpi. Dan perbuatan ghuluw ini juga mengantarkan kepada syirik akbar dalam uluhiyyah. Mereka meminta kepada wali-wali mereka yang telah meninggal, dan memohon perlindungan kepadanya.

b.      Membuat gambar atau patung orang shalih 
Terdapat nash syar’iyyah yang memberikan ancaman keras kepada para pelukis dan penggambar, yaitu gambar yang memiliki ruh, misalnya gambar manusia dan hewan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya manusia (dari kaum muslimin) yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para pelukis/penggambar”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap pelukis tempatnya di neraka, lalu Allah membuat dari setiap gambarnya, makhluq yang akan mengadzabnya di neraka jahannam”(HR Bukhari-Muslim).

Lalu Ibnu Abbas berkata, “ Jika kamu harus menggambar, maka gambarlah pohon atau sesuatu yang tidak bernyawa”.
Dan jika gambar/patung tersebut dibuat untuk simbol orang-orang shalih, maka perbuatan ini lebih besar lagi dosanya. Sehingga sebagian ulama memasukkan pembahasan tentang tashwir (gambar/patung) dalam bab Aqidah, karena tashwir ini salah satu wasilah menuju kemusyrikan, dan di dalam tashwir, terdapat usaha untuk menyaingi Allah dalam hal penciptaan makhluk.  Selain itu, tashwir adalah pangkal dari penyembahan berhala. Karena membuat tashwir untuk makhluq, sama saja dengan mengagungkannya, dan menyebabkan hati bergantung padanya.

c.       Tabbaruk yang terlarang kepada orang-orang shalih
Tabarruk atau ngalap berkah adalah meminta berkah. Dan berkah berarti kebaikan yang banyak dan terus-menerus, serta diharapkan selalu bertambahnya kebaikan tersebut. Tabarruk ada yang diperbolehkan, yaitu tabarruk syar’iyyah dan ada tabarruk yang dilarang.

Tabarruk syar’iyyah adalah seorang muslim yang melaksanakan ibadah yang disyariatkan, dalam rangka meminta pahala dari Allah dengan amalan ibadahnya tersebut. Misalnya, seorang meminta berkah dari AlQur’an dengan cara membacanya dan mengamalkan hukum-hukumnya. Seorang meminta berkah dari Masjidil Haram dengan cara shalat di dalamnya, dimana terdapat dalil yang menjelaskan pahalanya berlipat-lipat daripada shalat di masjid yang lainnya. Maka untuk menentukan sesuatu amalan atau tempat yang bisa memberikan bekah, dan untuk menentukan cara meminta berkahnya, dibutuhkan dalil.
Adapun, tabarruk yang terlarang dibagi menjadi 2 macam,

1. Tabarruk syirik
Yaitu jika seseorang meminta berkah kepada makhluq dan berkeyakinan makhluq tersebutlah yang memberikan berkah dengan sendirinya. Maka perbuatan ini adalah syirik akbar, yang mengeluarkan pelakunya dari islam, karena hanyalah Allah yang menciptakan berkah dan memberikannya kepada para hambaNya yang dikehendaki.

2. Tabarruk bid’ah
Yaitu jika seseorang meminta berkah kepada sesuatu dimana tidak ada dalil yang membolehkan ber-tabarruk dengannya, walaupun dia berkeyakinan bahwa Allahlah yang memberikan berkah tersebut. Atau cara ber-tabarruk-nya, yang tidak ada dalilnya. Perbuatan seperti ini jelas haramannya, karena sama saja menjadikan suatu ibadah yang tidak ada dalilnya dari AlQuran dan sunnah, dan juga karena perbuatan ini adalah syirik kecil yang dapat mengantarkan kepada syirik besar.

Di antara contoh perbuatan tabarruk yang dilarang adalah mengusap-usap badan atau pakaian orang shalih dalam rangka mengharapkan berkah, mencium atau mengusap kubur-kubur mereka dalam rangka mengharapkan berkah, dan beribadah di samping kubur-kubur mereka dalam rangka bertabarruk dan berkeyakinan tentang keutamaan beribadah di samping kubur-kubur tersebut. (Lihat tadzhib tashil aqidah islamiyyah, Syaikh Abdullah bin abdul aziz al Jibrin, hal116-124)


Tinggalkan kesyirikan, wahai kaum muslimin

Kalau kita mencermati keadaan masyarakat kaum muslimin saat ini, sungguh akan kita dapatkan, begitu banyaknya mereka yang telah terjatuh dalam kesesatan dan kesyirikan ini. Bisa jadi karena kebodohan mereka terhadap agama ini, ataupun karena kesombongan dan penolakan mereka terhadap kebenaran. Padahal Allah ta’ala telah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni semua dosa yang lebih rendah tingkatannya, bagi siapa saja yang dikehendakiNya”.(QS.AnNisaa’:48)

Dan mereka telah melanggar hak Allah ta’ala yang wajib ditunaikan oleh semua hambaNya. Hal ini adalah kelancangan yang sangat besar terhadap Allah ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Muadz apakah kamu tahu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba? Muadz menjawab, ‘Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui’, Beliau pun bersabda, ” Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya adalah supaya mereka beribadah kepada Allah saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya”.(HR. Bukhari no.2856).

Maka, sudah saatnya kita meninggalkan segala bentuk kesyirikan, wahai kaum muslimin. Dan kita menggantinya dengan kehidupan yang dipenuhi cahaya tauhid dan ketaatan kepada Allah. Alangkah indahnya dan bahagianya hidup ini jika Allah mencintai kita dan meridhoi kita. Dan Allah tidak akan mencintai dan meridhai hambaNya, kecuali jika dia mentauhidkanNya di dalam beribadah kepada Allah.
Semoga kita di jauhkan, sejauh-jauhnya dari perbuatan syirik dalam berbagai bentuknya. Dan semoga kita senantiasa diberikan keistiqomahan di atas islam dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Washolallahu ‘ala Muhammad, wa ‘ala alihi wa ashabihi wa sallam
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimush shoolihaat

Penulis: Ferdiansyah Aryanto

Sumber: Temukan artikel menarik lainya di Muslim.or.id

Hukum Shalat Jum'at (Jumat) diatas Kapal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Sebagian pekerja laut atau pekerja off-shore sering kebingungan untuk melaksanakan shalat Jum’at. Apakah mereka mesti mendirikan jama’ah Jumatan di kapal? Di beberapa kapal PELNI yang kami temui, mereka tetap menjalankan shalat Jum’at. Hal ini perlu ditinjau ulang dilihat dari sudut pandang fikih, karena tidak bisa kita asal-asalan dalam beragama.

Dalam fatwa islamweb.net (Asy Syabakah Al Islamiyah), disebutkan mengenai masalah ini. Ada pertanyaan:
“Saudaraku yang kami cintai karena Allah. Kami adalah para pemuda muslim yang bekerja di pertambangan minyak yang berada di lepas pantai. Kami keseharian berada di atas kapal, namun kapal tersebut tidak bergerak, hanya diam di tempat. Kami pun menjalankan shalat Jum’at di kapal tersebut. Namun ada orang yang mengatakan bahwa shalat Jum’at bagi kalian tidaklah sah. Dari situ, kami tidak lagi melaksanakan shalat Jum’at. Akan tetapi kami sangat mengharapkan fatwa dari Anda untuk memberikan penjelasan hukum syar’i tentang masalah kami ini. Apakah kami wajib mendirikan shalat Jum’at ataukah tidak? Perlu diketahui bahwa kami bekerja bergiliran. Masa kerja per orang antara satu minggu hingga enam minggu. Setelah itu, kami boleh mengambil cuti libur selama dua sampai enam minggu. Setelah cuti berakhir, kami pun kembali bekerja. Kami sangat berharap penjelasan akan hal ini. Semoga Allah berkahi dan membalas amalan kalian.

Jawaban: Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya. Amma ba’du:

Tidaklah sah mendirikan shalat Jum’at di kapal walaupun kapal tersebut tidak berlayar, karena kapal bukanlah suatu negeri (kampung). Di antara syarat sah shalat Jum’at, shalat tersebut dilakukan di kota, desa, atau suatu tempat semacam itu. Jika shalat Jum’at tidak wajib atas kalian, maka sebagai gantinya adalah kalian mengerjakan shalat Zhuhur. Wallahu a’lam.[1]

***

Syarat yang disebutkan di atas adalah syarat diwajibkan dan syarat sahnya Jum’at. Sehingga jika syarat di atas tidak dipenuhi, shalat Jum’atnya tidaklah sah.[2] Dengan demikian, para pekerja kapal, penumpang kapal dan pekerja off-shore tidak sah shalat Jum’at jika dilakukan di kapal. Sebagai gantinya adalah mengerjakan shalat Zhuhur (dua raka’at bagi musafir karena di-qashar). Jika ada shalat Jum’at di daratan, ia pun tidak wajib menghadirinya karena ia bukanlah orang yang nomaden (menetap di negeri), ia adalah musafir. Namun jika ia tetap pergi shalat Jum’at di daratan, shalat jum’atnya sah. Sebagaimana musafir yang shalat jum’at, shalatnya pun sah.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. Walhamdulillah, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad, wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

@ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 22 Dzulqo’dah 1432 H (20/10/2011)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber: Temukan bacaan menarik lainya di Muslim.or.id

Mahasiswa Muslim Inggris Semakin Banyak yang Boikot Perkuliahan Darwinisme

Mahasiswa Muslim, termasuk dokter trainee di salah satu program medis terkemuka Inggris, keluar dari ruang kuliah yang membahas tentang evolusi, mengklaim hal itu bertentangan dengan ide-ide penciptaan yang ada di dalam Alquran.

Profesor di University College London menyatakan keprihatinan atas peningkatan jumlah mahasiswa biologi yang memboikot kuliah tentang teori Darwinis, yang merupakan bagian penting dari silabus, dengan alasan keagamaan.

Serupa dengan keyakinan yang diungkapkan oleh orang-orang Kristen, umat Islam juga menolak teori Darwinisme dan menegaskan bahwa Allah lah yang menciptakan dunia, manusia dan semua spesies kehidupan.

Steve Jones profesor genetika manusia di University College London mempertanyakan mengapa para mahasiswa tersebut ingin belajar biologi padahal banyak dari pelajaran itu jelas bertentangan dengan keyakinan mereka.

Dia mengatakan kepada Sunday Times: "Saya punya satu atau dua diskusi tahun lalu dengan anak-anak yang aktif di gereja-gereja Kristen fundamentalis, sekarang muslim yang meningkat.
"Mereka tidak menghadiri perkuliahan atau mereka mengeluh tentang mata kuliah dan mereka mengirim catatan atau email yang mengatakan bahwa mereka tidak harus mempelajari hal ini.

"Apa yang menjadi keberatan mereka - dan saya tidak benar-benar memahaminya, bahwa mereka menolak gagasan bahwa ada suatu proses acak di luar sana yang tidak diarahkan oleh Tuhan."
Awal tahun ini Usama Hasan, iman dari masjid al-Tauhid di Leyton, menerima ancaman mati karena berkeyakinan bahwa Darwinisme dan Islam tidak bertentangan.

Ahli biologi evolusioner dan mantan profesor Oxford Richard Dawkins menyatakan keprihatinannya banyaknya mahasiswa, yang terdiri hampir seluruhnya Muslim, yang tidak menghadiri atau keluar dari ruang kuliah sewaktu mengkaji Darwinisme.(fq/dailymail)

Sumber: Dapatkan bacaan menarik lainya di Eramuslim.com

Takut Pemerintahan Islam, Gereja Koptik Mesir Distribusikan Visa Imigrasi

Laporan pers mengatakan bahwa gereja-gereja Mesir telah mendistribusikan visa bagi warga Koptik selama beberapa bulan terakhir, yang hal itu dilakukan atas kekhawatiran mereka bahwa kelompok Islam akan melakukan pengambilalihan kekuasaan.

Sumber yang dikutip oleh surat kabar Mesir mengatakan bahwa selama hampir setengah juta Kristen Koptik, melakukan permintaan untuk berimigrasi secara rahasia, terutama ke Amerika Serikat dan Kanada.
Sumber menambahkan bahwa permintaan imigrasi ini dibuat sejak Maret hingga 1 November tahun lalu dan menunggu respon pada Mei 2012.

Surat kabar Mesir juga melaporkan bahwa gereja-gereja Mesir mendukung tren - untuk pertama kalinya secara terbuka - mendistribusikan ke gereja-gereja visa "imigrasi" kepada warga Koptik selama beberapa bulan terakhir, khawatir kelompok Islamis akan mengendalikan pemerintah pada beberapa bulan kedepan.

Tidak berhenti pada titik ini, para pemimpin gereja Koptik Mesir meminta Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa untuk menerima sebanyak mungkin warga Koptik Mesir dan memberikan kehidupan yang layak untuk mereka di sana.(fq/imo)

Sumber: Dapatkan bacaan menarik lainya di Eramuslim.com

Saatnya Orang-orang Baik Terpojok

(Dari Khutbah Jum'at)


Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.

Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan tentang adanya gejala menjadikan orang baik-baik justru terpojok.

Dalam al-Qur’an dikisahkan, ketika Nabi Luth ‘alaihissalam dalam keadaan perasaannya sangat terpojok, ia berucap krepada kaumnya yang memang jahat-jahat:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kamu sekalian itu seorang laki-laki yang berakal?” Demikianlah keluhan Nabi Luth ‘alaihis salam (dalam Al-Qur’an Surat Huud [11] : 78) terhadap kaumnya yang tidak tahu diri, yang mendatangi rumah Nabi Luth dengan maksud ingin menghomoseks tamu-tamu Nabi Luth. Padahal sebenarnya tamu-tamu itu adalah para malaikat yang mengabarkan akan datangnya adzab Allah SWT terhadap kaum Nabi Luth as. Karena kaum itu menantang aturan Allah SWT dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji yaitu liwath atau homoseks atau sodomi.

Sejak dulu memang mereka mengerjakan perbuatan keji dan sangat dicela oleh tabi’at manusia yang wajar, dicela oleh syari’at-syari’at dan agama. Yaitu mereka suka mengadakan homoseksual, mengadakan hubungan kelamin sesama lelaki tidak dengan wanita, dan mereka secara terang-terangan mengadakan berbagai kemunkaran di balai pertemuan mereka, seperti diterangkan dalam firman Allah Ta’ala,
{ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (29) }
Artinya: “Apakah sesungguhnya patut kalian mendatangi laki-laki, menyamun/ membegal, dan kalian mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat pertemuan kalian?” (QS Al-’Ankabuut [29] : 29)

Adzab yang ditimpakan kepada kaum yang jahat itu dijelaskan oleh Allah SWT:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83)
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang dzalim.” (terjemah QS. Huud [11] : 82-83)

Menurut firman Allah dalam Surat Adz-Dzariyaat, batu-batu itu adalah tanah liat yang terbakar sehingga menjadi batu yang diberi tanda oleh Allah Ta’ala dengan nama orang-orang yang akan ditimpanya, dan batu-batu itu dijatuhkan di tempat-tempat yang sering dilalui orang musyrik Quraisy yang dzalim, ketika mereka berdagang ke negeri Syam, supaya menjadi peringatan bagi mereka agar jangan memusuhi Nabi Muhammad saw, supaya jangan ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nabi Luth as yang ingkar kepada Nabinya. Memang tempat-tempat itu sering dilalui oleh mereka (musyrikin Quraisy) bila mereka berdagang di musim panas ke negeri Syam seperti diterangkan dalam firman Allah, yang artinya:
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ (137)
"Dan sesungguhnya kamu (wahai penduduk Makkah) akan melalui bekas-bekas mereka di waktu pagi.” (QS. As-Shaffat [37] : 137)

Peristiwa adzab yang sangat mengerikan atas kaum yang lakonnya jahat (di samping menyembah berhala, mengingkari ajaran-ajaran Nabinya, masih pula berhomoseks, menyamun/membegal, dan berbuat kekejian di tempat-tempat perkumpulan mereka) itu agar menjadi pelajaran nyata bagi para penentang seperti musyrikin Makkah dan manusia pada umumnya.


Kejahatan memojokkan orang baik-baik
Lakon jahat, brutal, bahkan keji, ketika dilakukan beramai-ramai dan tanpa tedeng aling-aling, tanpa malu-malu lagi, maka menjadikan orang-orang yang baik jadi sangat terpojok posisinya, bahkan sangat dipermalukan. Bagaimana malunya Nabi Luth yang kedatangan tamu, tahu-tahu “diserbu” oleh kaumnya yang jahat-jahat itu dan akan memperkosa tamu-tamunya itu dengan ingin menyodominya. Hingga keluar kata-kata:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki yang berakal?"
Ungkapan Nabi Luth as ini adalah ungkapan yang pas, ketika keadaan sangat memuncak, ketika menghadapi keadaan yang sangat memuakkan, brengsek, tak tahu diri, tak tahu aturan, dan tidak ada keuntungan yang akan didapatkan.

Mungkin orang bisa melontarkan kata-kata yang sama, misalnya di suatu desa mengalami kondisi yang sangat memuakkan. Warga di satu belahan dunia misalnya mengangkat orang yang diberi amanah untuk memimpin dan mengurus warga. Tetapi kemudian aneka macam keburukan dibiarkan.
Kejahatan merajalela, perusakan iman justru seolah dipelihara dengan dalih macam-macam, misalnya melestarikan budaya nenek moyang, meningkatkan daya tarik pariwisata dan sebagainya. Padahal berupa kemusyrikan yang sangat dimurkai Allah ta’ala, misalnya larung sesaji ke laut ke gunung, ke telaga dan sebagainya.

Yang diberi amanah mengurus warga itu selain membiarkan kemusyrikan, membiarkan pula orang-orang lemah semakin terpojok, yang miskin pun tidak tertolong lagi karena masing-masing orang hanya mementingkan dirinya sendiri, bahkan seperti meniru orang-orang yang dipandang sebagai orang terpandang namun aman-aman saja ketika berbuat jahat, curang, mementingkan diri dan kelompoknya sendiri dan sebagainya. Sehingga aneka keburukan merajalela.

Orang-orang yang baik justru terpojok. Bila mengingatkan agar berhenti dari perbuatan buruk, justru dipermalukan dan disoroti ramai-ramai. Kalau yang terpojok itu seorang Nabi seperti Nabi Luth ‘alaihis salam pun kata-kata yang pantas untuk diucapkan adalah:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki yang berakal?"

Ditanya seperti itu, jawabannya lebih gila lagi, sebagaimana jawaban kaum Nabi Luth as yang dikisahkan dalam Al-Qur’an:
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ (79)
“Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (maksudnya, mereka tidak punya syahwat terhadap wanita, tetapi terhadap sesama lelaki) terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki'.” (QS Huud [11] :79)

Seolah-olah orang-orang itu memukul balik, kamu dari semula kan sudah tahu. Kami-kami ini kan keadaan dan kemauan kami seperti ini. Kami ini tidak ada kemauan seperti apa yang kamu inginkan itu. Tapi kami punya gaya dan kebiasaan serta selera tersendiri yang kamu semua sudah tahu. Bukankah kamu sudah tahu tentang diri kami yang seperti ini. Kenapa kamu masih menginginkan kami untuk mengikuti aturanmu. Ora sudi aku yen kok atur-atur. (Aku tak mau menggubris kalau kamu atur dengan aturan-aturanmu). Tetapi kalau itu sesuai dengan keserakahanku dan doyananku maka apapun ya saya datangi, sekalipun ngisin-isini (memalukan) dan melanggar pernatan (syari’at dan aturan).

Kejahatan yang sudah merajalela bahkan menjadikan terpojoknya orang baik-baik itu masih pula ditingkahi dengan upaya-upaya untuk merugikan orang baik-baik. Misalnya berunding dengan orang yang terpidana, atau meng-ghibah Muslimin di pertemuan orang-orang kafir, bekerjasama secara rahasia untuk mencelakakan orang baik-baik yakni Muslimin dan sebagainya.

Memang, tidak gampang menghadapi orang-orang yang sebenarnya jahat, tetapi mereka tidak mengakui bahwa diri mereka itu jahat, dan kejahatannya itu bekerjasama dengan orang kafir. Sehingga Ummat Islam diingatkan, ada jenis manusia-manusia yang difirmankan:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ [البقرة/11، 12]
"Dan bila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi'. [24] Mereka menjawab, 'Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2] : 11-12)

[24] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.


Jenis kejahatan mereka
Dalam Al-Qur’an, mereka kaum Nabi Luth as itu dijelaskan, kejahatan yang nyata adalah:
  1. Menentang kebenaran.
  2. Melakukan perbuatan keji.
  3. Menyamun, yaitu membegal atau merampok orang di perjalanan, barang-barang musafir dirampok, sedang orangnya dibunuh.
  4. Perkataan mereka di perkumpulan-perkumpulan sangat menjijikkan.
Diriwayatkan dari Ummu Hani’ bin Abi Thalib yang menanyakan kepada Rasulullah arti ayat:
وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ
“Kamu berbuat munkar di tempat perkumpulan”. Beliau menjelaskan, bahwa perkataan tersebut berarti mereka senang duduk-duduk sambil ngobrol di pinggir jalan. Kalau ada seseorang lewat, segera mereka menuduh yang bukan-bukan serta mengejek dan menghinanya. (HR. Imam Ahmad, Turmudzi, Thabrani, dan Imam Al-Baihaqy, sebagaimana dikutip dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/1986, juz 20, hal. 465)

Penyimpangan-penyimpangannya begitu berat dan nyata, namun mereka tidak merasa bersalah, bahkan menentang keras orang yang menunjukinya.


Adakah kesamaan dengan sikap kaum Nabi Luth?
Menyimak kisah itu, kita mendapatkan kesan bahwa kaum Nabi Luth as yang membangkang itu benar-benar keterlaluan.
Dalam daftar kejahatan kaum Nabi Luth as ada 4 kejahatan, seperti tersebut di atas. Mari kita runtut, kejahatan itu dilakukan pula oleh orang-orang jahat sekarang.

Pertama, menentang aturan yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Kaum Nabi Luth as jelas-jelas menentang aturan agama. Sementara itu, para penjahat sekarang pun menentang aturan Allah Ta’ala, di antaranya mengandalkan ilmu kebal, entah pakai sihir, jimat, atau bantuan jin. Itu salah satu bentuk kemusyrikan, penentangan paling besar terhadap Allah SWT, hingga merupakan salah satu bentuk dosa terbesar. Jadi ada unsur kesamaan.

Mengenai kebiasaan buruk berupa ilmu kebal, sihir, santet, perdukunan, khurofat, takhayul dan bid’ah itu adalah pelanggaran-pelanggaran aqidah yang sangat besar dosanya. Karena sudah jelas larangan-larangannya.

Larangan sihir.
Nabi saw bersabda:
« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ » .
“Jauhilah tujuh dosa besar yang merusak. Para sahabat bertanya, 'Ya Rasulallah, apakah tujuh dosa besar yang merusak itu?' Beliau menjawab, 'Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang oleh Allah diharamkan kecuali karena hak, makan harta anak yatim, makan riba, lari dari peperangan, menuduh (berzina) terhadap perempuan baik-baik yang terjaga lagi beriman'.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasaai, dari Abu Hurairah, shahih)

"مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً، ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا، فَقَدْ سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ"
“Barangsiapa mengikat suatu ikatan (simpul) kemudian meniupnya (suatu ikatan yang biasa ditiup dalam bersihir) maka sungguh ia telah bersihir. Dan barangsiapa bersihir maka sungguh ia telah syirik/ menyekutukan Allah, dan barangsiapa menggantungkan sesuatu (jimat dan sebagainya) maka dia diserahkan kepada (yang digantungkan) nya.” (HR. An-Nasaai dan At-Thabrani dengan dua sanad, salah satu dari dua rawi-rawinya terpercaya)

Larangan bertanya dan mempercayai tukang ramal dan tukang sihir ataupun dukun.
Nabi Saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّهُ قَالَ : مَنْ أَتَى عَرَّافًا ، أَوْ سَاحِرًا ، أَوْ كَاهِنًا ، فَسَأَلَهُ فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa mendatangi tukang ramal, atau tukang sihir, atau tukang tenung/ dukun lalu ia menanyakan sesuatu kepadanya dan percaya terhadap apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.” (HR Al-Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid)

Larangan pakai ilmu kebal, jimat, tangkal.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ ، أَنَّهُ جَاءَ فِي رَكْبِ عَشَرَةٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ بَيْعَةِ رَجُلٍ مِنْهُمْ ، فَقَالُوا : مَا شَأْنُ هَذَا الرَّجُلِ لاَ تُبَايِعُهُ ؟ فَقَالَ : إِنَّ فِي عَضُدِهِ تَمِيمَةً فَقَطَعَ الرَّجُلُ التَّمِيمَةَ ، فَبَايَعَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ : مَنْ عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa ada sepuluh orang berkendaraan datang ke Rasulullah saw. Yang sembilan dibai’at, tetapi yang satu ditahan. Mereka bertanya: Kenapa dia? Lalu Nabi saw menjawab: Sesungguhnya di lengannya ada tamimah (jimat/tangkal)! Lalu laki-laki itu memotong jimatnya/tangkalnya, maka ia dibai’at oleh Rasulullah saw kemudian beliau bersabda:
مَنْ عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa menggantungkan (tangkal/ jimat) maka sungguh ia telah syirik.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim, dan lafadh itu bagi Al-Hakim, sedang periwayat-periwayat Ahmad terpercaya dishahihkan Al-Albani dalam سلسلة الصحيحة رقم 492 silsilah As-Shohihah nomor No. 492)

Larangan memakai aji-aji.
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ أَخْبَرَنِى عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ فَقَالَ « وَيْحَكَ مَا هَذِهِ ». قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ « أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَداً ».
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, sesungguhnya Rasulullah saw pernah melihat di lengan seorang lelaki ada gelang —yang saya lihat ia katakan dari (besi) kuningan— maka beliau berkata, “Celaka kamu, apa ini?” Lalu ia menjawab, “Ini adalah termasuk wahinah (aji-aji untuk melemahkan orang lain)”. Maka beliau berkata, “Adapun barang ini tidak akan menambahi kamu selain kelemahan; karena itu buanglah dia. Sebab kalau kamu mati sedang wahinah (aji-aji) itu masih ada pada kamu, maka kamu tidak akan bahagia selamanya”. (HR. Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya; dan Ibnu Majah tanpa lafal “buanglah dst...”)

Larangan tathoyyur/klenik.
Tathoyyur yaitu mempercayai adanya kesialan dikaitkan dengan alamat-alamat seperti suara burung, tempat, waktu, orang atau anggota badan yang bergera-gerak/kedutan dan sebagainya. Dianggapnya suara burung, hari-hari tertentu dan sebagainya itu sebagai alamat sial. Itu dikenal dengan istilah klenik, yaitu hitung-hitungan hari, alamat-alamat dari suara burung, barang jatuh, rumah menghadap ke arah ini atau di tanah itu dan sebagainya dipercayai sebagai pertanda sial ataupun keberuntungan.
Rasulullah saw bersabda:
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ، وَلا تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ"أَظُنُّهُ، قَالَ:"أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ".
“Laisa minnaa man tathoyyaro aw tuthuyyiro lahu aw takahhana aw tukuhhina lahu, aw saharo aw suhiro lahu.”
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang bertathoyyur (merasa sial akibat suara burung dsb dikaitkan dengan klenik) atau minta diramalkan sial untuknya, atau berdukun/menenung atau minta ditenungkan, atau mensihir atau minta disihirkan.” (HR. At-Thabrani dari Ibnu Abbas dengan sanad hasan)

Kedua, kaum Nabi Luth as melakukan kekejian, yaitu homoseks. Gejala sekarang, orang-orang menyimpang seperti itu punya kelompok, bahkan mengadakan festival film segala.
Hanya anehnya, ketika ada tokoh-tokoh mereka yang lakonnya buruk seperti itu mereka diam saja, bahkan sebagian ada yang cenderung membela-bela dengan aneka dalih.

Ketiga, menyamun, membegal, merampok, ngecu, nggedor. Barangkali dalam hal ini agak berbeda. Tingkah kaum Nabi Luth as memang vulgar, kasar, dan benar-benar tampak sekali jahatnya. Sedang sekarang, penjahat itu ada yang kasar bahkan sampai membunuh dan merampok. Tetapi ada juga yang dengan cara “halus” yakni korupsi yang bahkan merajalela. Kemungkinan orang yang masih jujur dan jadi pemberantas korupsi akan terpojok bagai Nabi Luth ‘alaihis salam.

Keempat, perkataan dan perbuatannya di tempat-tempat perkumpulan mereka sangat menjijikkan.
Kasus ini, kaum Nabi Luth as suka ngumpul-ngumpul di pinggir jalan, menggoda dan mengejek orang lewat, dan menuduh yang bukan-bukan. Kalau sekarang ada juga yang sangat menjijikkan ada kelompok sesekali berkumpul untuk ronda menjaga kompleks pelacuran. Atau pemudanya tidak sedikit yang jadi centeng (tukang pukul) ketika orang lain lagi sibuk merayakan hari raya kekafiran mereka di rumah-rumah sesembahan mereka.

Atau mereka sekadar kumpul-kumpul dengan musuh-musuh Islam untuk ngrasani/ghibah kejelekan orang Islam yang dianggap berseberangan dengan kelompoknya. Atau kumpul-kumpul di kuburan untuk melakukan kemusyrikan, bid’ah, khurofat dan aneka pelanggaran aqidah yang menjadi kegemaran kelompok mereka, dan kalau dinasihati dengan ayat dan hadits malah lebih galakan mereka suaranya. Hingga orang baik-baik yang mau menasihatinya justru terpojok.

Semoga Allah Ta’ala member hidayah kepada kita dan orang-orang yang mau bersungguh-sungguh untuk mentaati syari’at-Nya. Dan semoga Allah Ta’ala menghindarkan Ummat Islam dari aneka fitnah yang kadang sampai memojokkan orang Muslim hingga orang baik-baik justru terpojok. Hanya Allah lah yang Maha menolong hamba-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْوَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

Sunber: Temukan artikel menarik lainya di Eramuslim.com

Senin, 28 November 2011

Bahaya Pemanis Buatan Tak Kalah Dengan Formalin

Aspartame adalah nama umum dari produk yang bernama NutraSweet, Equal, Spoonful, dan Equal-Measure. Aspartame atau pemanis buatan, biasa ditemukan sebagai bahan pemanis dalam beberapa makanan dan minuman disekitar kita. Namun banyak orang belum mengetahui efek samping negatif dari aspartame yang tidak bisa disepelekan sama dengan makanan yang mengandung formalin.
.
Efektif Mengenyahkan Serangga
Coba Anda membeli produk makanan ringan terkenal atau membeli minuman yang manis rasanya di supermarket, terus perhatikan labelnya, akan tercantum nama aspartame di sana. Selain itu, para profesional kesehatan juga menganjurkan aspartame sebagai gula yang aman bagi  penderita diabetes. Namun, tahukah Anda bahwa aspartame ternyata efektif digunakan sebagai racun semut.
Pernah terjadi, seseorang memiliki masalah hama semut di kamar mandinya. Sadar akan pengaruh aspartame sebagai bahan kimia yang beracun, suatu hari dia menaburkan aspartame di tiap pojok kamar mandinya. Ternyata usahanya berhasil. Dia tidak melihat semut-semut ada di kamar mandinya lagi.
Aspartame juga efektif untuk mengenyahkan masalah semut merah (biasanya tidak mempan dengan berbagai racun). Tidaklah heran jika aspartame bekerja bak racun serangga, karena asam asparctic yang terkandung dalam produk beracun telah terbukti bersifat exitotoxin yang menyebabkan sel-sel otak menjadi cepat mati, sama seperti yang terjadi dengan kasus semut-semut tadi.
.
Efek Merusak pada Manusia Tak Kalah dengan Formalin
Jika tadi adalah contoh efek negatif aspartame terhadap semut, berikut adalah penuturan para ahli mengenai efek negative aspartame bagi manusia yang cukup mengerikan dan tak kalah dengan bahayanya formalin.
“Aspartame (NutraSweet) merusak secara pelan-pelan dan tak terasa bagi tubuh dan itulah alasan mengapa kita harus menghindarinya. Akan diperlukan satu tahun, lima, 10 atau 40 tahun, tapi dalam jangka panjang akan nampak perubahan yang menyebabkan penyakit ringan maupun berat. Aspartame punya efek yang mendalam pada mood seseorang, kecemasan, pusing, kepanikan, mual, iritabilitas, gangguan ingatn dan konsentrasi.” Ralph Walton, M.D
“Saya telah mengamati adanya masalah kerusakan intelektual yang berat sehubungan dengan penggunaan produk-produk aspartame. Biasanya bermanifestasi dalam susah membaca dan menulis, susah mengingat, sering lupa waktu, tempat bahkan orang lain yang pernah dia kenal. Banyak efek dari aspartame begitu serius termasuk kejang-kejang dan kematian. Efek lainnya yaitu: sakit kepala/migraine, pusing, sakit persendian, mual, mati rasa, kejang otot, kegemukan, gatal-gatal, depresi, kelelahan, lekas marah, tachycardia, insomnia, kebutaan, ketulian, jantung berdebar, sesak nafas, kecemasan, gangguan berbicara, kehilangan indra pengecap, telinga berdengung, vertigo, dan lupa ingatan.” H. J. Roberts, M.D.


--------------------------------------------------------


Bahaya Pemanis Buatan

Hati-hati dengan produk makanan dan minuman yang mengandung Aspartame karena dapat menyebabkan pengerasan otak atau sumsum tulang belakang dan lupus.

Saat ini sedang ada wabah Pengerasan Otak atau Sumsum Tulang Belakang dan Lupus.
Kebanyakan orang tidak mengerti mengapa wabah ini terjadi dan mereka tidak mengetahui mengapa penyakit-penyakit ini begitu merajalela.
Saya akan beritahu Anda mengapa kita menghadapi masalah yang serius ini. Saat ini banyak orang menggunakan pemanis buatan.

Mereka melakukan ini karena iklan di televisi yang memberitakan bahwa gula itu tidak baik buat kesehatan mereka.
Hal ini memang benar sekali. Gula itu merupakan racun bagi tubuh kita, akan tetapi, apa yang orang-orang gunakan sebagai pengganti gula, lebih mematikan.
Apa yang saya maksudkan di sini adalah Aspartame. Ini adalah biang wabah yang disebutkan di atas.
Aspartame merupakan bahan kimia yang mengandung racun, yang diproduksi oleh perusahaan kimia bernama Monsanto.
Aspartame telah dipasarkan ke seluruh dunia sebagai pengganti gula dan dapat dijumpai pada semua jenis minuman ringan untuk diet,
seperti Diet Coke dan Diet Pepsi.

Hal ini juga dapat dijumpai pada produk pemanis buatan seperti Nutra Sweet, Equal, dan Spoonful; dan ini banyak digunakan di produk-produk pengganti gula. Aspartame dipasarkan sebagai satu produk diet, tapi ini sama sekali bukanlah produk untuk diet.
Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat tubuh bertambah karena dapat membuat Anda kecanduan karbohidrat.

Membuat berat tubuh Anda bertambah hanyalah sebuah hal kecil yang dapat dilakukan oleh Aspartame.
Aspartame adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada otak dan sungguh mematikan bagi orang yang menderita parkinson.

Bagi penderita diabetes, hati-hatilah bila mengkonsumsi untuk jangka waktu lama atas produk yang mengandung Aspartame ini, karena dapat menyebabkan koma, bahkan meninggal. Bila ada produk yang mengklaim bahwa produk itu bebas gula, Anda Sudah tahu bahwa hal ini mengandung Aspartame.
Jangan mengkonsumsi produk tersebut.

Salah satu minuman suplemen yang mengandung ASPARTAME adalah serbuk effervescent EXTRA JOSS!
Pada kemasan tertulis: Mengandung Aspartame 0,06% [ADI 40 mg/kg BB].

Berdasarkan hasil survei di salah satu supermarket di Bandung,
selain EXTRA JOSS, produk-produk minuman lainnya yang juga mengandung ASPARTAME yaitu :
M-150,
Hemaviton Jreng,
Neo Hormoviton,
Marimas,
Hore,
Frutillo,
Segar Sari,
POP ICE Es Blender,
Segar Dingin,
OKKY Jelly Drink,
Sari Vit C,
Naturade Gold,
AQUA Splash of Fruit,
FORTY PLUS.

Beritahukan semua orang yang Anda kenal dan sayangi akan bahaya dari produk yang mengandung Aspartame.

Author: Penelitian Badan POM (Pengawasan Obat & Makanan) - JKT
Yoyok_S
QA Dept PT Prafa
Phone : +62 (0) 21 8751066
Fax : +62 (0) 21 8754094

Sumber: Temukan artikel menarik lainya di Kaskus

Jumat, 25 November 2011

Konsumsi Empat Asupan ini Saat Banyak Makan

VIVAnews - Akhir pekan, biasanya banyak undangan untuk menghadiri berbagai acara. Beragam makanan lezat, mulai dari yang manis hingga gurih pun tersaji. Jika sudah begini, Anda pasti sulit menahan godaan untuk tak mencicipinya.

Akibatnya, Anda makan lebih banyak dari biasanya. Perut pun terasa sangat penuh. Risiko yang dihadapi setelahnya, bisa jadi kadar gula darah dan tekanan darah meningkat. Untuk mencegahnya, konsumsi saja empat makanan dan minuman berikut.

1. Rempah
Menambahkan rempah-rempah pada makanan Anda, bisa mengurangi efek negatif dari makan berlebihan. Dilansir dari Eatingwell, penelitian 2011 yang dipublikasi dalam The Journal of Nutrition menemukan, seseorang yang mengonsumsi makanan dengan campuran dua sendok makan rempah (rosemary, oregano, kayu manis, kunyit, lada hitam, cengkeh, bubuk bawang
putih dan paprika) kadar trigliserida (kolesterol jahat) lebih rendah, serta tingkat insulin dan antioksidan yang lebih tinggi.

Hal ini setelah mereka mengonsumsi makanan berlemak tinggi, dan saat dibandingkan dengan yang tidak banyak mengonsumsi rempah. Para peneliti menyimpulkan, campuran rempah dapat membantu memperlambat penyerapan lemak. Termasuk, meningkatkan produksi antioksidan untuk membantu menangkal radikal bebas berbahaya, yang dihasilkan saat Anda makan berlebihan.

2. Jus jeruk
Menurut penelitian yang dipublikasi dalam The American Journal of Clinical Nutrition 2010, flavonoid, senyawa antioksidan, bisa mengurangi efek kerusakan jantung akibat konsumsi makanan berlemak dan berkalori tinggi. Dalam studi tersebut juga diketahui, orang yang mengonsumsi sarapan berlemak tinggi dan minum jus jeruk, level radikal bebas berbahayanya, cukup rendah.
3. Buah
Jika Anda banyak mengonsumsi makanan berlemak tinggi, seimbangkan dengan konsumsi buah-buahan. Pilih buah yang mengandung kadar antioksidan tinggi seperti, anggur, kiwi dan cherry. Ini akan meminimalisir efek buruk dari lemak.

4. Cuka apel

Setelah mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi, segera konsumsi satu sendok makan cuka apel. Campur saja dengan segelas air jika Anda tak kuat dengan rasa asamnya. Cara ini bisa mengurangi kadar gula dalam darah. (ren)

Sumber: Temukan artikel menarik lainya di Vivanews

Awet Muda dengan Air Kelapa

VIVAnews - Meneguk segelas es kelapa muda di siang hari terik atau setelah berolahraga terasa sangat menyegarkan. Ternyata di balik kesegarannya, buah tropis ini bisa digunakan sebagai resep alami untuk selalu awet muda.

Selebritas Madonna dan Jennifer Lopez adalah pesohor dunia yang menyatakan rutin mengonsumsi air kelapa. Mereka mengakui, air kelapa adalah salah satu asupan dalam diet sehari-hari agar tampil cantik dan bugar. Sebuah penelitian terbaru di India menemukan, konsumsi air kelapa muda membantu meremajakan tubuh dan menurunkan berat badan.

Air kelapa berkhasiat memulihkan energi dan cairan tubuh berkat adanya kandungan elektrolit. Air kelapa yang digunakan sebagai infus saat perang ini juga kaya berbagai mineral seperti magnesium, kalium, dan serat untuk menyerap lemak.

Dikutip dari Genius Beauty, para ilmuwan percaya, air kelapa dapat membantu menurunkan berat badan. Rasa air kelapa yang manis membantu perasaan sehingga lebih kenyang dan mengurangi keinginan untuk makan lebih banyak. Selain itu, secangkir air kelapa hanya mengandung sekitar 46 kalori, jauh lebih sedikit dibandingkan kalori santan kelapa sebesar 550 kalori.

Tertarik menjadikan air kelapa muda sebagai resep awet muda?

Sumber: Dapatkan artikel  menarik lainya di Vivanews

Manfaat Pisang

VIVAnews - Pisang dikenal sebagai salah satu makanan super bagi para atlet dan pakar kesehatan. Kandungan tiga gula alami, sukrosa, fruktosa dan glukosa serta serat memberi energi untuk pembakaran energi selama 90 menit nonstop.

Tapi, 'penyumbang' energi bukanlah satu-satunya manfaat buah pisang. Jenis buah tropis ini membantu mengatasi dan mencegah beberapa macam penyakit dan gangguan kesehatan. Sehingga diperlukan untuk menambah diet harian.

1. Anemia
Pisang tinggi zat besi yang merangsang produksi hemoglobin dalam darah dan membantu mengatasi anemia.

2. Tekanan Darah Tinggi
Buah tropis memiliki kandungan kalium yang tinggi tetapi rendah garam, sehingga sempurna untuk mencegah dan mengurangi tekanan darah tinggi. Badan Obat dan Makanan US (FDA) mengizinkan produsen buah ini mengklaim pisang menurunkan risiko tekanan darah dan stroke.

3.Meningkatkan konsentrasi
Kemampuan belajar siswa yang makan pisang saat sarapan dan makan siang terpacu karena kandungan kalsium tinggi dalam pisang. Kalsium berfungsi membantu meningkatkan konsetrasi dan kewaspadaan.

4. Sembelit
Tinggi kadar serat yang membantu menormalkan pencernaan dan membantu mengatasi sembelit tanpa obat-obatan laksatif.

5. Depresi

Para penderita depresi merasa lebih baik setelah makan pisang. Sebab, pisang mengandung tryptophan, sejenis protein yang diubah menjadi serotonin dalam tubuh untuk memberi rasa relaks, memperbaiki mood dan membuat bahagia.

6. Obat mabuk
Cara termudah untuk mengobati rasa sakit dan mual akibat mabuk adalah dengan milkshake pisang dicampur madu. Pisang menenangkan perut dan madu meningkatkan kembali gula darah.

7. Penyakit Jantung
Pisang memiliki efek antasid, sehingga bila merasa hati seperti terbakar, makan pisang akan meringankan rasa sakit. Makan pisang secara teratur dapat mengurangi risiko stroke sebesar 40 persen.

8. Morning Sickness (mual pada wanita hamil)
Mengemil pisang di antara waktu makan besar membantu menjaga kadar gula dan mencegah mual-mual pada wanita hamil.

9. Gigitan Nyamuk
Sebelum menggunakan krim anti-gigitan serangga, coba olesi bagian yang terkena gigitan nyamuk dengan bagian dalam pisang kulit pisang. Ini akan mengurangi pembengkakan dan iritasi.

10. Saraf
Buah pisang tinggi kadar vitamin B yang membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi stres dengan kandungan potasiumnya.

11. PMS (Nyeri haid)
Vitamin B6 dalam pisang mengontrol tingkat glukosa darah, yang dapat mempengaruhi suasana hati Anda menjelang menstruasi.

12. Merokok
Pisang juga dapat membantu orang yang mencoba berhenti merokok. Tingkat vitamin C, A, B6, dan B12 yang dikandungnya, bersama dengan kalium dan magnesium, membantu tubuh cepat sembuh dari efek racun nikotin.

13. Pengendali suhu tubuh
Pisang berfungsi sebagai makanan 'pendingin' yang memperbaiki kondisi fisik dan emosional ibu. Pisang dapat menurunkan suhu dalam kandungan dan membantu bayi lahir dengan suhu tubuh tidak tinggi.

14. Maag dan luka usus
Pisang mencegah maag dan luka akibat gangguan pencernaan karena tekturnya yang lembut. Pisang satu-satunya makanan yang membantu mengatasi ulkus over-kronis dan menetralisir iritasi pada bagian dalam perut.

15. Obat Kutil
Pisang adalah obat alami untuk menghilangkan kutil. Letakkan kulit bagian dalam pisang pada kutil dan plester.

Sumber: Temukan artikel menarik lainya di Vivanews

Kamis, 24 November 2011

Kegagalan Besar Menyebabkan Keberhasilan Besar

Sahabat saya yang baik hatinya,

Orang-orang hebat menaruh diri mereka ke dalam kemungkinan gagal besar, itu sebabnya mereka berhasil besar.

Maka,

Lupakan masalah-masalah kecil, abaikanlah keraguan-keraguan kecil.

Sudahilah masa meratap-ratap mengasihani diri sendiri.

Gagahkanlah diri Anda.

Masukkanlah diri ke dalam keadaan yang mengharuskan Anda terpaksa belajar dan bekerja keras, melakukan yang selama ini ditakuti oleh orang lain, dan yang mengharuskan Anda merendahkan hati dalam sujud yang penuh air mata harap bagi campur tangan Tuhan.

Janganlah sia-siakan ke-Maha-Besar-an Tuhan dengan memintaNya membantu Anda dalam upaya-upaya kecil.

Mintalah penugasan besar dari Tuhan Yang Maha Berkuasa.

Mudah-mudahan Tuhan mengalirkan kekuatanNya di dalam darah dan ke seluruh tubuh Anda, agar Anda menjadi sesederhana-sederhananya pribadi yang melakukan sebesar-besarnya pekerjaan bagi kebahagiaan sesama.

Hilangkanlah kepemilikan diri Anda sendiri, agar hanya Tuhan yang memiliki Anda.

Dan semoga dengannya, Tuhan meninggikan derajat Anda dalam kesahajaan yang cemerlang bagi kebaikan kemanusiaan.

Aamiin

Mario Teguh
MTGW – 10 + 1

Dari: Mario Teguh

link proposal

http://dc203.4shared.com/download/J6V-2mwc/PTK_007.zip?tsid=20111123-201423-5695cbbe

....

Rabu, 23 November 2011

Penggal Waktu Yang Indah

Wahai penggal waktu nan indah,
yang dinamaiNya sebagai Subuh,

Damai rasanya hati kami terbangun dalam keheninganmu,
yang adalah masa transisi antara kedamaian meditasi jiwa kami
yang bernama 'tidur' itu,
untuk memulai meditasi dalam kesadaran kehidupan yang nyata
yang kami sebut sebagai 'pengendalian hati.'

Sesungguhnya, tidur kami adalah ibadah,
yang melatih kami untuk secara sadar
mengembalikan kehidupan kepada Tuhan, setiap malam,
agar kami menemukan kehidupan esoknya
sebagai hadiah yang kami syukuri.

Sesungguhnya, terbangun dan sadarnya kami
adalah ibadah, yang melatih kami untuk secara sadar
mengisi kehidupan kami dengan nilai,
agar kami menjadi jiwa yang kebaikannya pantas
bagi surga yang tersambung antara dunia dan akhirat.

Tuhan kami Yang Maha Penyayang,

Lembutkanlah hati kami, cerdaskanlah pikiran kami,
sehatkanlah keseluruhan diri kami,
agar utuh upaya kami untuk mengunduh rezekiMu hari ini,
agar utuh kebahagiaan yang bisa kami bangun
bagi keluarga dan sesama.

Rahmatilah upaya kami untuk membangun kehidupan
yang jujur, damai, saling memuliakan, sejahtera,
dan penuh kebahagiaan.

Aamiin..

Dari: Mario Teguh

Pendalilan Habib Munzir membolehkan Istighatsah Kepada Mayat Seri - 3

Habib Munzir berkata :

"Kita bisa melihat kejadian Tsunami di aceh beberapa tahun yang silam, bagaimana air laut yang setinggi 30 meter dengan kecepatan 300km dan kekuatannya ratusan juta ton, mereka tak menyentuh masjid tua dan makam makam shalihin, hingga mereka yang lari ke makam shalihin selamat. Inilah bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt, karena kalau tidak lalu mengapa Allah jadikan di makam–makam shalihin itu terdapat benteng yang tak terlihat membentengi air bah itu, yang itu sebagai isyarat Illahi bahwa demikianlah Allah memuliakan tubuh yang taat pada-Nya swt, tubuh – tubuh tak bernyawa itu Allah jadikan benteng untuk mereka yang hidup.., tubuh yang tak bernyawa itu Allah jadikan sumber Rahmat dan perlindungan-Nya swt kepada mereka mereka yang berlindung dan lari ke makam mereka.

mereka yang lari berlindung pada hamba–hamba Allah yang shalih mereka selamat, mereka yang lari ke masjid–masjid tua yang bekas tempat sujudnya orang–orang shalih maka mereka selamat, mereka yang lari dengan mobilnya tidak selamat, mereka yang lari mencari tim SAR tidak selamat..

Pertanyaannya adalah : kenapa Allah jadikan makam sebagai perantara perlindungan-Nya swt?, kenapa bukan orang yang hidup?, kenapa bukan gunung?, kenapa bukan perumahan?.

Jawabannya bahwa Allah mengajari penduduk bumi ini beristighatsah pada shalihin. Walillahittaufiq" (Meniti Kesempurnaan Iman hal 7-8))



SANGGAHAN

Sungguh ini merupakan pendalilan yang sangat aneh bin ajaib dari Habib Munzir, dan sanggahan terhadap pendalilan beliau ini dari beberapa sisi :

PERTAMA : apakah begini berdalil yang benar dalam beragama? Mana dalil dari Al Quran dan hadits habibuna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ataupun perkataan para shahabat dengan riwayat yang benar? Apakah karena sebuah keyakinan yang sudah mengakar lalu menghalalkan segala cara agar keyakinan bisa diterima?. Tidak bisa disangka pendalilan seperti ini keluar dari Habib Munzir. Benar-benar aneh bin ajaib. Subhanallah wallahul musta’an!.



KEDUA : Apakah Habib Munzir sudah melakukan sensus data orang-orang yang selamat dari bencana tsunami di Aceh secara keseluruhan dengan memperhatikan sebab kenapa mereka selamat?, apakah yang selamat karena berdoa kepada Allah tanpa beristighootsah kepada mayat lebih sedikit daripada yang selamat karena beristighootsah kepada mayat?. 



KETIGA : Perkataan Habib Munzir "Mereka yang lari mencari tim SAR tidak selamat", ini merupakan pernyataan yang aneh bin ajaib yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan :

-         Apakah waktu terjadi bencana tsunami yang terjadi secara tiba-tiba sudah ada tim SAR di lokasi kejadian tatkala itu?. Ataukah tim SAR tiba di lokasi kejadian setelah selesai tsunami?.

-         Lantas kalaupun seandainya ada tim SAR tatkala itu maka apakah terbetik di pikiran masyarakat untuk mencari tim SAR sementara tsunami begitu cepat menyerang?

-         Lantas jika tim SAR ada tatkala itu, dimanakah lokasi mereka?, apakah mereka selamat ataukah tidak selamat terkena tsunami?



KEEMPAT : Perkataan Habib Munzir "mereka yang lari ke makam shalihin selamat. Inilah bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt, karena kalau tidak lalu mengapa Allah jadikan di makam–makam shalihin itu terdapat benteng yang tak terlihat membentengi air bah itu" ini merupakan pernyataan yang menimbulkan banyak pertanyaan :

-         Apakah ada data valid yang bisa dipertanggungjawabkan bahwasanya sebagian kaum muslimin selamat karena beristighootsah kepada mayat?

-         Dimanakah lokasi kuburan-kuburan tersebut sehingga orang-orang yang berlindung ke kuburan-kuburan tersebut selamat?. Apakah lokasinya di dataran tinggi? Ataukah di dataran rendah?. Jika kuburan-kuburan tersebut di dataran tinggi maka bisa jadi sebab keselamatan bukanlah karena kuburan-kuburan tersebut akan tetapi karena lokasi kuburan yang berada di dataran tinggi.

-         Jika seandainya lokasi kuburan di dataran rendah maka inilah yang ajaib, menunjukkan bahwa air tsunami terhalang dinding yang tidak nampak sebagaimana perkataan Habib Munzir. Karenanya kami sangat butuh informasi akurat dengan data yang valid dari Habib Munzir…, jangan lupa jumlah orang yang selamat tersebut karena kuburan?

-         Kami ingin tahu data kuburan-kuburan tersebut, benar-benar orang shalihkah atau shalih-shalihan?

-         Lantas jika memang benar banyak yang selamat karena berlindung di kuburan, maka apakah mereka selamat karena beristighootsah kepada penghuni kuburan?, kami butuh bukti nyata akan hal ini…dan berapakah jumlah mereka tersebut?. Ataukah mereka beristighootsah langsung kepada Allah ta'aalaa?



KELIMA : Perkataan Habib Munzir "mereka yang lari ke makam shalihin selamat. Inilah bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt".

Sungguh ini merupakan pernyataan yang sangat berani sekali…ini adalah berbicara tentang sesuatu yang ghaib yang hanya diketahui oleh Allah. Karenanya saya mengajak Habib Munzir untuk merenungkan hal-hal berikut :

-         Perkataannya “Inilah bukti bahwa istighatsah dikehendaki oleh Allah SWT”: bukti bahwa sesuatu dikehendaki Allah apakah hanya dengan perkiraan seperti ini? Di saat banyak sekali ayat-ayat suci Al Quran dan hadits-hadist yang menyatakan bahwa istighatsah, meminta sesuatu, meminta pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala. Mau dikemanakan ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut?”

-         Bukankah ada juga laporan dalam sebagian situs internet bahwasanya ada gereja tua yang selamat?, apakah ini bukti bahwasanya Allah menghendaki dan meridhoi kesyirikan kaum nashroni?

-         Apakah orang-orang yang tidak selamat dalam peristiwa tsunami –meskipun mereka beristighootsah langsung kepada Allah- lebih buruk daripada orang-orang yang selamat karena beristighootsah kepada mayat penghuni kuburan?. Orang yang terkena musibah belum tentu lebih buruk daripada orang yang selamat. Karena yang tidak selamat bisa jadi musibah merupakan penghapus dosa-dosanya dan meninggikan derajatnya, sementara yang selamat bisa jadi merupakan istidrooj dari Allah.

-         Kalau seandainya kita berdalil dengan kenyataan maka bisa saja seoerang wahabi akan berkata kepada Habib Munzir : "Tuh lihat, kerajaan Arab Saudi telah puluhan tahun mengatur Masjid Nabawi dan Al-Masjid Al-Haroom, serta kepengurusan haji dan Umroh, bukankah ini bukti bahwasanya Allah meridhoi kaum Wahabi?, dan Allah mengajarkan kepada umat Islam agar meneladani mereka?", dan seorang wahabi yang lain berkata, "Tuh lihat bukankah kerajaan Saudi pusat wahabi dalam kondisi aman dan makmur, sementara Negara-negara lain seperti yaman –yang pusatnya kaum sufi dan tempat belajarnya para habib (diantaranya habib Munzir)- dalam kondisi kacau dan tidak aman, serta perekonomian terbelakang, bukankah ini adalah menunjukkan bahwa Allah mengajar umat Islam agar meneladani kerajaan Saudi pusat wahabi?"



KEENAM : Apakah Habib Munzir mengajarkan dan menganjurkan jika kaum muslimin menghadapi musibah yang sangat besar yang mengancam kematian –seperti tsunami- maka apakah mereka segera mencari kuburan orang sholeh untuk beristighootsah kepada mayat-mayat? Dan meninggalkan  beristighootsah langsung kepada Allah?
Bukankah Allah berfirman:

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan (QS An-Naml : 62)

Bukankah Allah juga berfirman :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku (QS Al-Baqoroh : 186)

Ar-Roozi berkata :

"Allah subhaanahu wata'aala berfirman ((Dan jika hamba-hambaKu bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang aku maka sesungguhnya aku dekat)), dan Allah subhaanahu wa ta’aala tidak berkata ((Katakanlah aku dekat)), maka ayat ini menunjukkan akan pengagungan kondisi tatkala berdoa dari banyak sisi. Yang pertama, seakan-akan Allah subhaanahu wa ta’aala berkata : HambaKu engkau hanyalah membutuhkan washithoh (perantara) di selain waktu berdoa' adapun dalam kondisi berdoa maka tidak ada perantara antara Aku dan engkau" (Mafaatihul Goib 5/106)



Renungkanlah wahai Habib Munzir…:

Kalau istighatsah seperti ini dikehendaki Allah Ta’ala, sebagaimana angan-angan Habib, maka kenapa ketika:

-         Terjadi perselisihan antara kaum muhajirin dan anshar dalam pemilihan khalifah setelah wafatnya Habibuna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kaum muhajirin dan anshar tidak istighatsah ke kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal keadaan sangat genting dan penting.

-         Terjadi perperangan melawan orang-orang murtad yang menyebabkan banyak meninggal dari para ahli baca Al Quran, kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu menyarankan Abu Bakar agar dikumpulkannya Al Quran di dalam satu mushaf, kenapa Abu Bakar tidak istighatsah kuburan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal ini minta pertolongan, padahal ini adalah kejadian yang sangat penting.

-         Terjadi tha’un di zaman pemerintahan umar radhiyallahu ‘anhu, yang menyebabkan banyak kaum muslim yang meninggal kenapa mereka tidak beristighatsah ke kuburan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

-         Terjadi penyerangan kaum khawarij terhadap kepemimpinan Utsman radhiyallahu ‘anhu yang menyebabkan syahidnya utsman radhiyallahu ‘anhu, kenapa para shahabat radhiyallahu ‘anhu tidak istighatsah ke kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

-         Terjadi beberapa pertempuran di zaman pemerintah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan keadaan kaum muslim saat itu sangat genting dan kacau, kenapa para shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak beristighatsah ke keburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Masih banyak lagi habib…kejadian-kejadian genting dan penting tetapi kenapa para shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak beristighatsah ke kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ? ..

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 24-11-1432 H / 22 Oktober 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Sumber: Temukan bacaan menarik lainya di Firanda.com

Selasa, 22 November 2011

Tetap Berlaku Penuh Hormat

Justru tidak wajar bagi siapa pun untuk tidak kecewa dengan kekalahan, karena memang alamiah bagi kita untuk tertukar antara harapan dan keyakinan.

Harapan adalah keyakinan yang berserah kepada kewenangan Tuhan.

Sedangkan keyakinan yang buta keberserahan adalah sumber kekecewaan yang penuh amarah.

Tapi kita adalah jiwa-jiwa yang elegan, yang menemukan kegembiraan dalam tertundanya kemenangan.

Karena,

Jika kita sudah melakukan yang terbaik, bahkan kekalahan pun adalah pujian dari Tuhan.

Maka marilah kita tetap berlaku penuh hormat.

Menghormati yang mengalahkan kita, menjadikan kita petarung yang terhormat.

Tapi merendahkan mereka, menjadikan kita pecundang yang lebih rendah lagi.

Indonesia adalah bangsa yang besar.

Team Garuda yang super, kami bangga dengan Anda!

Mario Teguh - Loving you all as always

Dari: Mario Teguh

Habib Munzir Berbicara Ilmu Hadits Seri - 1

Berikut ini beberapa kritikan terhadap pemikiran dan ilmu Habib Munzir tentang ilmu hadits.

PERTAMA : Habib Munzir berkata ;

"Sebagian besar hadits dhoif adalah hadits yang lemah sanad perawinya atau pada matannya, tetapi bukan berarti secara keseluruhan adalah palsu, karena hadits palsu dinamai hadits munkar, atau mardud, batil". (Kenalilah Akidahmu 2 hal 13)

SANGGAHAN

Istilah hadits mardud dan hadits munkar bukanlah istilah yang digunakan oleh para ahli hadits untuk mengungkapkan hadits palsu.

Hadits Mardud : adalah hadits yang tertolak untuk diamalkan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy. Setelah menyebutkan tentang hadits maqbul yaitu hadits-hadits yang bisa dijadikan hujah dan diterima, Ibnu Hajar berkata :


"Kemudian al-Marduud, dan penyebab tertolaknya karena ada yang terjatuh dari sanad atau karena celaan terhadap perawi dengan berbagai model sisi pencelaan, dan pencelaan tersebut lebih umum dari sekedar celaan yang dikarenankan diin sang perawi atau kredibilitas hapalannya" (Nuzhatun Nadzor syarh Nukhbah Al-Fikar hal 80)

Tatkala menjelaskan perkataan Ibnu Hajar dalam Nukhbatul Fikar, Abdullah bin Husain Khoothir berkata :

"Perkataan Ibnu Hajr al-'Asqolaaniy "Kemudian al-Marduud dst", telah lalu bahwasanya hadits maqbuul adalah hadits yang diamalkan, dan ada empat macam; (1) shahih li dzaatihi, yaitu kuat dhobit nya dan tersambung sanadnya, atau (2) shahih lighoirihi, yaitu lemah dhobit nya, dan dia adalah (3) hasan li dzaatihi, dan jika hasannya karena banyaknya jalan-jalannya maka dia adalah (4) hasan lighoirihi.

Perkataan Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy "Dan penyebab tertolaknya" yaitu penyebab yang menyebabkan konsekuensi dari hadits mardud yaitu haram untuk diamalkan" (Haasyiah Luqoth Ad-Duror hal 71)

Dari sini jelas bahwa Habib Munzir telah keliru tatkala menyebutkan bahwa diantara nama-nama hadits palsu adalah hadits marduud

Hadits Munkar : Yaitu periwayatan perawi yang dhoif yang menyelisihi periwayatan para perawi yang tsiqoh. Adapun hadits Syaadz adalah periwayatan perawai yang tsiqoh yang menyelisihi periwayatan perawi yang lebih tsiqoh darinya.

Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy berkata ;

"Dengan demikian jelas bahwasanya antara hadits Syaadz dan hadits Munkar ada keumuman dan kekhususan dari satu sisi, karena keduanya bersepakat pada sisi adanya penyelisihan dan keduanya berbeda dari sisi bawhasanya hadits Syaadz adalah periwayatan peerawi yang tsiqoh atau shoduuq, dan hadits munkar adalah periwayatan perawi yang dhoiif. Dan telah lalai orang yang menyamakan antara keduanya, wallahu a'lam" (Nuzhatun Nador hal 73)

Bahkan sebagian ulama hadits –seperti Imam Ahmad bin Hanbal- menamakan periwayatan perawi yang tsiqoh yang bersendirian dalam periwayatannya sebagai hadits yang munkar, tanpa memandang apakah perawi terebut menyelisihi perawi yang lebih tsiqoh darinya ataukah tidak menyelisihi (lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Hadyus Saary hal 392).


KEDUA :

Habib Munzir berkata, "Maka tidak sepantasnya kita menggolongkan semua hadits dhaif adalah hadits palsu, dan menafikan (menghilangkan) hadits dhaif karena sebagian hadits dhaif masih diakui sebagai ucapan Rasul saw, dan tak satu muhaddits pun yang berani menafikan keseluruhannya, karena menuduh seluruh hadist dhoif sebagai hadits yang palsu berarti mendustakan ucapan Rasul saw dan hukumnya kufur.

Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang sengaja berdusta dengan ucapanku maka hendaknya ia bersiap - siap mengambil tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari hadits No.110).

Sabda beliau SAW pula : “sungguh dusta atasku tidak sama dengan dusta atas nama seseorang, barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari hadits No.1229).

Cobalah anda bayangkan, mereka yang melarang beramal dengan seluruh hadits dhoif berarti mereka melarang sebagian ucapan atau sunnah Rasul saw, dan mendustakan ucapan Rasul saw"

SANGGAHAN

Sungguh tidak ada seorangpun -yang mengerti sedikit saja ilmu hadits- lantas mengatakan bahwa semua hadits dhoif adalah hadits palsu. Bahkan banyak ahli hadits yang menyatakan bahwa hadits palsu tidak boleh dimasukkan dalam klasifikasi hadits dhoif, karena hadits palsu bukanlah hadits.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah pernyataan Habib Munzir "mereka yang melarang beramal dengan seluruh hadits dhoif berarti mereka melarang sebagian ucapan atau sunnah Rasul saw, dan mendustakan ucapan Rasul saw". Padahal Habib Munzir telah menjelaskan sebelumnya bahwa mendustakan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan kekufuran.

Apakah Habib Munzir tidak tahu bahwasanya banyak para ulama yang menyatakan tidak boleh mengamalkan hadits dhoif secara mutlak??

Diantara para ulama tersebut adalah :

Pertama ; Yahya bin Ma'iin. Ibnu Sayyid An-Naas menjelaskan dalam bukunya 'Uyyunul Atsar bahwasanya sebagian ulama –seperti Imam Ahmad- memberi rukhsoh/keringanan untuk meriwayatkan hadits-hadits dhoif tentang sejarah, nasab, kondisi Arab, dan lain-lain yang tidak berkaitan dengan hukum-hukum (halal dan haram). Lalu beliau menyebutkan bahwasanya diantara para ulama yang tidak memberi keringanan sama sekali adalah Yahya bin Ma'iin. Ibnu Sayyid An-Naas berkata:

"Dan diantara yang diriwayatkan darinya penyamaan tentang hal ini antara hukum-hukum dan yang lainnya (*yaitu tentang sejarah dan peperangan) adalah Yahyaa bin Ma'iin" ('Uyuunul Atsar fi Funuun Al-Maghoozi wa as-Syamaail wa as-Siyar 1/65)

Kedua : Imam Muslim, beliau berkata di muqoddimah shahih Muslim :

"Kemudian daripada itu –semoga Allah merahmatimu-, Maka kalau bukan karena yang kami lihat dari buruknya sikap banyak orang yang menyatakan dirinya sebagai muhaddits pada perkara yang mengharuskan mereka untuk membuang hadits-hadits dhoif dan riwayat-riwayat munkar, dan membiarkan mereka untuk mencukupkan diri dengan hadits-hadits yang shahih yang masyhuur yang telah diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqoot yang dikenal dengan kejujuran dan amanah…" (Shahih Muslim 1/6 pada muqoddimah)

Imam Muslim juga berkata:

"Ketahuilah –semoga Allah memberi taufiiq kepadamu- sesungguhnya yang wajib bagi setiap orang yang mampu membedakan antara riwayat-riwayat yang shahih dengan riwayat-riwayat yang lemah, juga membedakan antara para tsiqoot yang menukil riwayat-riwayat dengan orang-orang yang tertuduh (*tidak tsiqoot) agar tidak meriwayatkan kecuali dari riwayat yang ia tahu shahihnya jalan-jalan sanadnya dan ketsiqohan para perawinya, dan agar ia menjauhi riwayat-riwayat yang diriwayatkan oleh para perawi yang tertuduh dan para penentang dari kalangan ahlul bid'ah" (Shahih Muslim 1/6 pada muqoddimah)

Ibnu Rojab berkata :

"Dzohir dari apa yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam muqoddimah kitabnya (*Kitab Shahih Muslim) menkonsekuensikan bahwasanya tidaklah diriwayatkan hadits-hadits tentang targhiib wa tarhiib (*tentang fadhooil al-a'maal) kecuali dari para perawi yang diriwayatkan dari mereka ahkaam (*tentang halal dan haram)" (Syarh 'Ilal At-Thirimidzi 1/74)

Ketiga : Abu Zur'ah Ar-Roozi

Keempat : Abu Haatim Ar-Roozi

Kelima : Ibnu Abi Haatim, beliau berkata :

"Aku mendengar Ayahku (*yaitu Abu Haatim Ar-Roozi) dan Abu Zur'ah mereka berdua berkata ; "Hadits-hadits mursal tidak dijadikan hujah, dan tidaklah tegak hujah kecuali dengan sanad-sanad yang shahih yang muttasil (bersambung)", demikian pula pendapatku" (Al-Maroosiil li Ibni Abi Haatim hal 7)

Keenam : Ibnu Hibbaan, beliau berkata

"Dan seorang perawi jika tidak ada seorang perawi yang tsiqoh yang meriwayatkan darinya maka ia adalah majhuul, tidak boleh berhujah dengannya, karena riwayat perawi yang dhoif tidak mengeluarkan seorang yang tidak 'adl dari barisan para perawi majhuul kepada barisan para perawi yang 'adl. Seakan-akan apa yang diriwayatkan oleh parawi yang dhoif dengan apa yang tidak diriwayatkannya hukumnya sama saja" (Al-Majruuhiin 1/327-328)

Dan dipahami dari perkataan Ibnu Hibbaan ini bahwasanya beliau menganggap periwayatan perawi yang dhoif sama hukumnya seperti tidak ada, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Wallahu a'lam

Ketujuh : Abu Sulaimaan Al-Khottoobi (wafat tahun 388 H)

Beliau rahimahullah telah mencela para fuqohaa (ahli fikih) yang tidak membedakan antara hadits yang shahih dengan hadits yang dhoif. Beliau berkata :

"Adapun tingkatan yang lain mereka adalah para ahli fikih, sesungguhnya mayoritas mereka tidak menyinggung hadits kecuali sangatlah sedikit, dan hampir-hampir mereka tidak membedakan antara hadits shahih dengan hadits dho'if, dan mereka tidak mengetahui mana hadits yang baik dengan hadits hadits yang buruk, dan mereka tidak perduli untuk berhujah dengan hadits dhoif yang sampai kepada mereka –untuk mengalahkan musuh mereka- jika hadits dhoif tersebut sesuai dengan madzhab yang mereka anut dan sesuai dengan pendapat-pendapat yang mereka yakini. Mereka telah membuat kesepakatan diantara mereka untuk menerima hadits dhoif dan hadits munqoti' (*terputus sanadnya) jika hadits tersebut sudah masyhuur di sisi mereka dan sering diucapkan oleh lisan-lisan di antara mereka, tanpa mengecek dulu atau tanpa keyakinan ilmu tentang hadits tersebut" (Ma'aalim As-Sunan 1/3-4)

Kedelapan : Ibnu Hazm (wafat 456 H)

Tatkala beliau membantah ahlul kitab, beliau berkata tentang cara kaum muslimin dalam penukilan khabar  :

"Khobar yang dinukil –sebagaimana kami sebutkan-, yaitu dengan penukilan penduduk timur dan barat, atau penukilan banyak orang dari banyak orang, atau penukilan perawi tsiqoh dari perawi tsiqoh hingga sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kecuali jika di sanadnya ada seorang perawi yang majruuh (tercela) pendusta atau perawi yang lalai atau perawi yang majhuul al-haal, maka penukilan seperti ini dijadikan hujah oleh sebagian kaum muslimin. Dan tidak halal di sisi kami berpendapat dengan penukilan seperti ini dan membenarkannya, dan tidak halal mengambil sedikitpun dari penukilan seperti ini" (Al-Fishol fi al-milal wa al-Ahwaa wa an-Nihal 2/222)

Kesembilan : Abu Syaamah Al-Maqdisi As-Syafi'i (wafat tahun 665 H)

Beliau mengingkari Al-Haafiz Abul Qoosim Ibnu 'Asaakir yang membawakan hadits "Barangsiapa yang berpuasa pada tanggal 27 Rojab maka Allah akan mencatat baginya puasa selama 60 bulan", beliau berkata :

"Aku sangat berharap kalau Al-Haafiz (*Ibnu 'Assakir) tidak mengatakan demikian, karena pada perkataannya tersebut terdapat penetapan hadits-hadits yang munkar. Sesungguhnya kedudukan beliau lebih tinggi dari untuk menyampaikan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebuah hadits yang menurutnya adalah dusta. Akan tetapi beliau dalam hal ini berjalan sesuai kebiasaan sekelompok ahli hadits dimana mereka bermudah-mudah pada hadits-hadits fadhooil a'maal. Dan hal ini menurut ahli tahqiiq dari kalangan ahli hadits dan juga para ulama ushuul dan fiqh merupakan kesalahan. Dan hendaknya ia menjelaskan perkara (*kelemahan) hadits tersebut jika ia mengetahuinya, kalau tidak maka ia akan termasuk dalam ancaman pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : "Barangsiapa yang menyampaikan dariku sebuah hadits yang menurutnya adalah dusta maka ia adalah salah seorang dari para pendusta" (Al-Baa'its 'alaa inkaar Al-Bida' wa Al-Hawaadits hal 72)

Kesepuluh : As-Syaukaaniy (wafat 1250 H)

Beliau mengkritik perkataan Ibnu Abdil Barr yang menyatakan bahwa para ulama bermudah-mudah pada periwayatan hadits dhoif dalam fadhoo'il a'maal, mereka hanyalah ketat dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum.

As-Syaukaaniy berkata ;

"Sesungguhnya hukum-hukum syari'at sama saja (*baik masalah hukum maupun masalah fadhooil a'maal), tidak ada perbedaan diantaranya, maka tidak halal menetapkan suatu hukum dari hukum-hukum syari'at kecuali dengan dalil yang bisa dijadikan hujjah. Jika tidak maka ini merupakan bentuk pengada-ngadaan apa yang tidak dikatakan oleh Allah, dan hukuman perbuatan ini sudah jelas" (Al-Fawaaid Al-Majmuu'ah hal 254)

Kesebelas : Sidhiiq Hasan Khoon

Beliau berkata :

"Dan yang benar yang tidak ada pilihan selainnya bahwasanya hukum-hukum syari'at sama saja, maka tidak boleh beramal dengan suatu hadits hingga hadits tersebut shahih atau hasan lidzaatihi atau hasan lighoirihi atau dhoifnya terangkat hingga naik menjadi hasan lidzaatihi atau lighoirihi" (Nuzul Al-Abroor bi al-'Ilm al-Ma'tsuur min al-Ad'iyah wa al-Adzkaar hal 7-8)

Apakah para ulama ini menurut Habib Munzir telah mendustakan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? Lantas apakah selanjutnya mereka dihukum kafir oleh Habib Munzir..?. Saya sampai bingung menghadapi vonis-vonis nekat dari Habib Munzir. Membedakan antara mayat dan orang hidup dikatakan kufur dan kesyirikan yang nyata?? (lihat kembali), menolak mengamalkan hadits-hadits dhoif dikatakan mendustakan ucapan Nabi dan merupakan kekufuran!.

Apakah ada satu saja ulama…atau satu saja ustadz yang berpendidikan yang berpendapat seperti pendapat Habib Munzir ini bahwasanya menolak mengamalkan seluruh hadits dhoif melazimkan mendustakan ucapan Nabi? Yang hal ini merupakan kekufuran?. Bukankah Habib Munzir memiliki sanad hingga Imam As-Syafii, bahkan hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lantas apakah ada para ulama yang sanad Habib Munzir sampai kepada mereka yang berpendapat seperti Habib Munzir ini?.

Permasalahan mengamalkan hadits dhoif dalam fadhooil a'maal merupakan permasalah khilafiyah diantara para ulama. Hal ini telah dijelaskan oleh As-Sakhoowiy dalam kitabnya Al-Qoul Al-Badii' fi as-Sholaat 'alaa al-Habiib As-Syafii' hal 363-366). Mayoritas Ulama membolehkan untuk mengamalkan hadits-hadits dho'iif dalam fadhooil a'maal dan untuk at-targhiib wa at-tarhiib (bukan dalam hukum-hukum), akan tetapi mereka memberi persyaratan untuk mengamalkannya.

Al-Haafizh As-Sakhoowi menyebutkan bahwasanya guru beliau –yaitu Imam Ibnu Hajr Al-'Asqolaani- memberi 3 persayaratan untuk mengamalkan hadits dhoif.

Beliau berkata :

"Sungguh aku telah berulang kali mendengar guruku (*Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy) berkata, -dan ia telah menulis dengan khot (*tulisan tangan) beliau :

"Sesungguhnya syarat mengamalkan hadits dho'if ada tiga :

Pertama : Persyaratan yang disepakati yaitu kedhoifannya tidak boleh parah, karenanya tidak termasuk periwayatan bersendirian dari para pendusta dan para perawi yang tertuduh dusta serta perawi yang parah kesalahannya

Kedua : Amalan yang dilakukan berada di bawah asal (*hukum) yang umum, karenanya tidak termasuk amalan yang diada-adakan yang tidak memiliki asal hukum sama sekali

Ketiga : Tatkala mengamalkannya hendaknya ia tidak meyakini shahihnya hadits tersebut agar ia tidak menyandarkan (menisbahkan) kepada Nabi apa yang tidak diucapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ibnu Hajar berkata : Dua syarat yang terakhir dari Al-'Izz bin Abdis Salaam dan sahabatnya Ibnu Daqiiq al-'Iid, dan adapun syarat yang pertama maka Al-'Alaai menukilkan adalah kesepakatan akan syarat ini" (Al-Qoul al-Badii' 363-364)

Keempat : Agar orang yang mengamalkannya tidak menampak-nampakkan amalannya. Persyaratan ini disebutkan oleh Ibnu Hajar al-Asqolaaniy dalam kitabnya Tabyiinul 'Ajab Bi Maa Waroda fi Fadhli Rojab. Beliau berkata :

"Bersamaan dengan itu (*yaitu bolehnya membawakan hadits dhoif dalam fadhooil a'maal) hendaknya disyaratkan agar orang yang mengamalkannya meyakini bahwa hadits tersebut dhoif, dan hendaknya ia tidak menampak-nampakan (menyohorkan) hal itu, agar seseorang tidak mengamalkan hadits dhoif sehingga iapun mensyari'atkan apa yang bukan syari'at. Atau ada sebagian orang jahil yang melihatnya (*mengamalkan hadits dhoif) sehingga iapun menyangka bahwa amalan tersebut adalah sunnah yang shahih.

Makna ini telah dijelaskan oleh Al-Ustaadz Abu Muhammad Ibni Abdis Salaam dan yang lainnya. Dan hendaknya seseorang berhati-hati agar tidak termasuk dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ; "Barangsiapa yang menyampaikan dariku sebuah hadits yang menurutnya adalah dusta maka ia adalah salah seorang dari para pendusta", maka bagaimana lagi dengan orang yang mengamalkannya.??

Dan tidak ada perbedaan dalam mengamalkan hadits dalam ahkaam (hukum-hukum) dan dalam fadhooil a'maal, karena semuanya adalah syari'at" (Tabyiinul 'Ajab hal 11-12)

Maka apakah Habib Munzir dan demikian juga para pengikutnya tatkala mengamalkan dan menyampaikan hadits-hadits dhoiif sudah menelaah dan mengamalkan persyaratan-persyaratan yang dipasang oleh Ibnu Hajar di atas?. Bahkan dari penjelasan Ibnu Hajar pada persyaratan yang keempat (dalam kitabnya Tabyiinul 'Ajab) nampak bahwa beliau condong pada pendapat untuk tidak mengamalkan hadits dhoif sama sekali baik dalam masalah hukum maupun masalah fadhooil a'maal karena kedua-duanya merupakan syari'at, dan syari'at tidaklah dibangun di atas hadits yang dhoiif.



KETIGA : Habib Munzir berkata :

"Karena menuduh seluruh hadist dhoif sebagai hadits yang palsu berarti mendustakan ucapan Rasul saw dan hukumnya kufur.

Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang sengaja berdusta dengan ucapanku maka hendaknya ia bersiap - siap mengambil tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari hadits No.110).

Sabda beliau SAW pula : “sungguh dusta atasku tidak sama dengan dusta atas nama seseorang, barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka ia bersiap siap mengambil tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari hadits No.1229)"



SANGGAHAN

Habib Munzir membawakan dua hadist sebagai dalil bahwa mendustakan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan kekufuran.

Para pembaca yang budiman, ini merupakan pendalilan yang tidak pada tempatnya bahkan pemutarbalikan fakta, hal ini jelas dari dua sisi :

Pertama : Hadits-hadits ini digunakan oleh para ulama untuk menjelaskan bahayanya orang yang memalsukan hadits dan menyandarkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dalam sebuah riwayat dengan lafal

مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang mengatakan atas namaku apa yang tidak aku ucapkan maka persiapkanlah tempatnya di neraka" (HR Al-Bukhari no 109)

Maka sangatlah jelas bahwa hadits-hadits ancaman tersebut berkaitan dengan orang yang menyampaikan suatu perkataan (hadits) yang tidak pernah diucapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini berbeda dengan orang yang menolak hadits Nabi karena ragu dengan kesahihannya. Menolak hadits berbeda dengan memalsukan hadits, dan dua hadits di atas yang habib sebutkan serta hadits yang saya sebutkan berkaitan dengan orang yang memalsukan hadits.

Karenanya tolong Habib Munzir untuk menyebutkan siapakah para ulama yang berdalil dengan hadits ini untuk mengancam orang yang menolak hadits Rasulullah ? dan juga terlebih lagi Ulama siapakah yang telah berdalil dengan hadits ini untuk mengancam orang yang menolak seluruh hadits dhoif?. Apakah Habib Munzir tidak membaca perkataan para ulama tentang syarh (penjelasan) isi dalil ini?.
Kedua : Bahkan sebagian ulama justru berdalil dengan hadits ini untuk mengancam orang-orang yang menyampaikan hadits-hadits dho'if kemudian menyatakan bahwa Rasulullah telah menyabdakan hadits-hadits dhoif tersebut, tanpa menjelaskan kedhoifannya, karena hadits dhoif adalah hanya merupakan persangkaan yang marjuuh.

Allah telah mencela persangkaan (zhon) yang tidak kuat (marjuh) dalam banyak ayat, diantaranya : firman Allah

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran (QS Yuunus : 36)

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka (QS Al-An'aam : 116)

Al-Qoodhi Abul Mahaasin yusuf bin Muusaa Al-Hanafi berkata dalam kitabnya "Al-Mu'tashor", pada sub judul ; "Tentang berdusta atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam"

"Allah berfirman ((Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, Yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali dengan al-haq/yang benar)), dan perkataan dari Rasulullah adalah perkataan atas nama Allah. Al-Haq pada ayat ini seperti al-Haq dalam firman Allah

إِلا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ

Kecuali orang yang menyaksikan dengan al-Haq/kebenaran (QS Az-Zukhruf : 86)

Maka setiap orang yang mempersaksikan dengan zhon (prasangka) maka ia telah mempersaksikan dengan selain al-Haq, karena zhon tidaklah memberikan kebenaran sama sekali. Maka demikian pula orang yang menyampaikan sebuah hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan zhon/persangkaan maka ia telah menyampaikan dari Nabi dengan selain al-Haq, maka hal ini merupakan kebatilan, dan kebatilan adalah dusta. Maka jadilah ia salah seorang dari para pendusta atas nama Nabi, dan termasuk orang-orang yang masuk dalam sabda Nabi ((Barangsiapa yang berdusta atasku maka bersiaplah mengambil tempatnya di neraka)), dan kita berlindung dari hal ini" (Al-Mu'tashor min al-Mukhtashor min Musykil al-Aatsaar 2/262)

Dan perkataan al-Qoodhi Abul Mahaasin ini merupakan ringkasan dari perkataan Abu Ja'far At-Thowaawi Al-Hanafi (wafat 321 H) sebagaimana termaktub dalam kitabnya "Musykil al-Aatsaar 1/373-375) silahkan para pembaca merujuk kitab tersebut (saya tidak menukilnya di sini karena terlalu panjang untuk diterjemahkan)

Dan paling tidak –sebagaimana menurut sebagian ulama- jika seseorang bermudah-mudahan menyandarkan hadits dhoif kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa menjelaskan kedhoifannya maka dikawatirkan ia telah terjerumus dalam kedustaan. Telah lalu perkataan Al-Haafiz Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy : "Bersamaan dengan itu (*yaitu bolehnya membawakan hadits dhoif dalam fadhooil a'maal) hendaknya disyaratkan agar orang yang mengamalkannya meyakini bahwa hadits tersebut dhoif, dan hendaknya ia tidak menampak-nampakan (menyohorkan) hal itu, agar seseorang tidak mengamalkan hadits dhoif sehingga iapun mensyari'atkan apa yang bukan syari'at. Atau ada sebagian orang jahil yang melihatnya (*mengamalkan hadits dhoif) sehingga iapun menyangka bahwa amalan tersebut adalah sunnah yang shahih.

Makna ini telah dijelaskan oleh Al-Ustaadz Abu Muhammad Ibni Abdis Salaam dan yang lainnya. Dan hendaknya seseorang berhati-hati agar tidak termasuk dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ; "Barangsiapa yang menyampaikan dariku sebuah hadits yang menurutnya adalah dusta maka ia adalah salah seorang dari para pendusta", maka bagaimana lagi dengan orang yang mengamalkannya.??" (Tabyiinul 'Ajab hal 11)

Al-Munaawi As-Syafii tatkala menjelaskan hadits ((Barangsiapa yang menyampaikan dariku sebuah hadits yang menurutnya adalah dusta maka ia adalah salah seorang dari para pendusta)) beliau berkata :

"(*Sabda Nabi) "Maka ia adalah salah seorang dari para pendusta" dengan konteks jamak (*أحد الكَاذِبِيْنَ= salah seorang dari para pendusta) yaitu ditinjau dari jumlah banyak orang-orang yang meriwayatkan, dan dengan konteks tasniyah/dua (*أحد الكَاذِبَيْنِ = salah seorang dari dua pendusta) yaitu ditinjau dari pendusta (pencetus hadits palsu tersebut) dan yang menukil dari sang pendusta. Yang lebih masyhuur adalah dengan konteks jamak sebagaimana dalam kitab Ad-Diibaaj.

Maka tidak boleh bagi seseorang yang meriwayatkan hadits untuk berkata : "Rasulullah bersabda" kecuali jika ia mengetahui shahihnya hadits tersebut, dan ia berkata pada hadits dhoif : "Telah diriwayatkan.." atau "Telah sampai kepada kami…". Jika ia meriwayatkan hadits yang ia tahu atau ia persangkakan merupakan hadits palsu lantas ia tidak menjelaskan keadaannya maka ia termasuk dalam barisan pendusta, karena ia telah membantu sang pemalsu hadits dalam menyebarkan kedustaannya, maka iapun ikut menanggung dosa, seperti seseorang yang menolong orang yang dzolim. Oleh karenanya sebagian tabi'in takut untuk menyandarkan hadits kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi ia menyandarkan hadits kepada sahabat dan berkata, "Dusta atas nama shahabat lebih ringan" (Faidhul Qodiir 6/116).

Al-Imam An-Nawawi berkata

"Para ulama ahli tahqiq (*ahli peneliti) dari kalangan ahli hadits dan yang lainnya telah berkata : Jika hadits dho'if maka tidak boleh dikatakan pada hadits tersebut :"Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam", atau "Telah mengerjakan" atau "Telah memerintahkan", atau "Telah melarang", atau "Rasulullah telah berhukum", dan yang semisalnya dari shigoh al-jazm" (Al-Majmuu' syarh Al-Muhadzdzab 1/104)
Beliau juga berkata :

"Mereka (*para ulama ahli tahqiq) berkata : Shigoh jazm diletakan untuk hadits-hadits yang shahih atau hasan, dan shigoh tamriidl digunakan untuk selain hadits-hadits shahih dan hasan. Hal ini karena shigoh jazm mengharuskan shahihnya perkataan dari yagn disandarkan perkataan tersebut. Karenanya tidak semestinya digunakan kecuali pada hadits yang shahih, dan jika tidak, maka seseorang maknanya telah berdusta atas namanya. Dan adab ini telah dilanggar oleh penulis (As-Syiroozy) dan mayoritas ahli fikih dari madzhab syafii dan yang selainnya, bahkan dilanggar oleh mayoritas para ahli ilmu-ilmu secara mutlak, kecuali para ahli hadits yang cerdik. Dan hal ini merupakan sikap bermudah-mudahan yang buruk. Sering mereka berkata pada hadits yang shahih : "Telah diriwayatkan dari Nabi", dan (sebaliknya) mereka berkata tentang hadits dhoif, "Rasulullah telah bersabda", "Si fulan telah meriwayatkan", dan ini merupakan bentuk penyimpangan dari kebenaran" (Al-Majmuu' Syarh Al-Muhadzdzab 1/104)

Al-Baghowiy berkata, "Segolongan dari para sahabat dan para tabiin membenci untuk terlalu banyak menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam khawatir terjatuh dalam penambahan lafal hadits atau pengurangan atau kesalahan. Bahkan diantara para tabiin ada yang takut menisbahkan hadits kepada Rasulullah, lalu iapun menisbahkannya kepada sahabat dan berkata, "Dusta atas nama seorang sahabat lebih ringan dari pada dusta atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam…semua itu karena penghormatan kepada hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kekawatiran terjerumus dalam ancaman" (Syarh As-Sunnah 1/255-256)

Karenanya barangsiapa yang memilih pendapat bolehnya meriwayatkan hadits dhoif dalam fadhoilul a'maal maka hendaknya ia menjelaskan kedhoifan hadits tersebut dan juga memperhatikan empat persyaratan yang disebutkan oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar al-'Asqolaaniy.

Penutup
Sebagai penutup artikel ini maka saya menyebutkan bahwasanya diantara manaqib Imam As-Syafi'i rahimahullah –sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam An-Nawawi- bahwasanya Imam As-Syafii sangat bersungguh-sungguh dalam menolong hadits-hadits Nabi dan mengikuti sunnah, serta sangat berusaha mengamalkan hadits-hadits yang shahih dan membuang hadits-hadits yang dhoif.
Imam An-Nawawi berkata :

"Dan diantara manaqib (kebaikan-kebaikan) Imam As-Syafii adalah ijtihad (kesungguhan) beliau dalam menolong hadits-hadits Nabi dan dalam mengikuti sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…sampai-sampai tatkala beliau datang ke Iraq maka beliau dijuluki dengan penolong hadits-hadits Nabi"(Al-Majmuu' 1/27)
Imam An-Nawawi juga berkata :

"Dan diantara manaqib Imam As-Syafii rahimahullah adalah berpegang teguhnya beliau terhadap hadits-hadits yang shahih dan berpalingnya beliau dari hadits-hadits yang lemah dan dhoif. Dan kami tidak mengetahui seorangpun dari para ahli fikih yang memberi perhatian dalam berhujjah dengan membedakan antara hadits yang shahih dengan hadits yang dhoif sebagaimana perhatian Imam As-Syafii" (Al-Majmuu' hal 28)
(Bersambung…)

Mekah, 28 Dzulqo'dah 1423 H /26 Oktober 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Sumber: Temukan  bacaan menarik lainya di Firanda.com

Baca juga yang ini:

Baca juga yang ini:

Recent Posts Widget

Komentar Terakhir