Cari di Blog Ini

Daftar Isi

Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 November 2014

Perbandingan Serius Dunia dan Akhirat :




1. Makan (Dunia)
untuk memakan semisal sarapan pagi sbelumnya harus minimal memasak dulu kemudian baru dihidangkan dan dimakan.
memasak = 15 menit
memakan = 10 menit
total         = 25 menit
FAKTA ==>> Semua orang Islam rutin dan bersemangat melakukan aktifitas ini demi keinginan PERUTnya terpenuhi.



2. Shalat (Akhirat)
Hanya membutuhkan minimal wudhu dan shalat.
wudhu = 2 menit
shalat   = 4 menit
Total    = 6 menit
FAKTA ==>> Hanya sebagian orang (yg mengaku) Islam yg melakukan aktifitas ini padahal RUHnya sangat membutuhkannya.


*Malas itu penyakit
*Surga dan Neraka itu nyata
*Mati itu pasti ,,

Jumat, 07 November 2014

Tanda Kemunculan Dajjal: Menyusutnya Danau Tiberias.



Danau Tiberias adalah danau air tawar yang terletak di antara bagian bawah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah dan Dataran timur kota Galilea Palestina. Garis pantainya membentang sepanjang 53 km dengan luas 166 km2. Bagian terdalam dari danau ini mencapai kedalaman 46 M. Danau ini secara geografis terletak di wilayah Palestina dan Suriah, tetapi secara politis saat ini dikuasai oleh penjajah zionis Israel. Danau yang terletak pada posisi 213 di bawah permukaan laut ini terhitung sebagai danau air tawar terendah di dunia, dan danau kedua terendah secaa umum setelah danau Laut Mati yang berasa asin. Danau Tiberias merupakan sumber pasokan utama kebutuhan air bersih Penduduk Palestina dan penjajah Israel. Selain itu Danau ini merupakan lokasi penting bagi pemeluk Semua agama samawi.

Orang-orang Yahudi mernbangun permukiman mereka di tepi Danau Tiberias, juga resort dan penginapan bagi petinggi militer Israel, mengingat posisinya yang berdekatan dengan perbatasan Palestina dan Suriah, sebagai antisipasi penyusupan pihak-pihak yang tidak mereka kehendaki, Wilayah ini pun menjadi kawasan wisata elit bagi militer dan pemerintah Israel. Mereka melengkapi kawasan ini dengan berbagai properti layaknya daerah tujuan wisata ala Eropa yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas maksiat dan bersenang-senang, sehingga terkenal sebagai tempat berselingkuh para prajurit dan pejabat militer Israel, demikian juga dengan sebagian politisi dan tokoh-tokoh mereka. Demikian sepintas tentang danau Tiberias saat ini.

Adapun keterkaitannya dengan kemunculan Dajjal, sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa turunnya

Sabtu, 11 Mei 2013

Banci / Bencong dalam Tinjauan Syariat

Oleh
Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan, MA


Salah satu kebanggaan kita sebagai kaum Muslimin ialah syariat Islam itu sendiri. Kita bangga karena memiliki syariat paling lengkap di dunia. Syariat yang mengatur segalanya, dari perkara yang paling besar hingga yang paling sepele. Semua yang menyangkut kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat tak lepas dari tinjauan syariat. Laki-laki, perempuan, tua, muda, besar, kecil, penguasa, rakyat jelata; semuanya diatur secara adil dan bij aksana. Bahkan kaum banci pun tak lepas dari pembahasan.

Benar, kaum banci yang sering menjadi ledekan dan bahan tertawaan, ternyata tidak diabaikan oleh syariat begitu saja, sebab ia juga manusia mukallaf sebagaimana lelaki dan wanita normal. Karenanya, dalam fiqih Islam, kita mengenal istilah mukhannats (banci/bencong), mutarajjilah (wanita yang kelelakian), dan khuntsa (interseks/berkelamin ganda).

Masing-masing dari istilah ini memiliki definisi dan konsekuensi berbeda. Akan tetapi, dua istilah yang pertama biasanya berkonotasi negatif, baik di mata masyarakat maupun syariat. Sedangkan yang ketiga belum tentu demikian.

Untuk lebih jelasnya, perlu diperhatikan definisi para ulama tentang banci dan waria, berangkat dari hadits shahîh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhâri berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ، وَقَالَ: «أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ قَالَ: فَأَخْرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فُلاَنًا، وَأَخْرَجَ عُمَرُ فُلاَنًا

َDari Ibnu Abbas, katanya, "Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki mukhannats dan para wanita mutarajjilah. Kata beliau, ‘Keluarkan mereka dari rumah kalian’, maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengusir Si Fulan, sedangkan Umar mengusir Si Fulan”[1]

Dalam riwayat lain disebutkan:

،لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بالنِّسَاءِ والمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بالرِّجَالِ

Rasûlullâh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang menyerupai wanita, dan para wanita yang menyerupai laki-laki [2]

Riwayat yang kedua ini menafsirkan tentang yang dimaksud dengan mukhannats dan mutarajjilah dalam hadits yang pertama. Sehingga menjadi jelas bahwa yang dimaksud mukhannats adalah laki-laki yang menyerupai perempuan, baik dari cara berjalan, cara berpakaian, gaya bicara, maupun sifat-sifat feminin lainnya. Sedangkan mutarajjilah adalah wanita yang menyerupai laki-laki dalam hal-hal tersebut.[3]

Secara bahasa, kata mukhannats berasal dari kata dasar khanitsa-yakhnatsu. Artinya, berlaku lembut. Dari istilah umum tersebut, maka istilah banci, bencong, waria cocok untuk mengartikan mukhannats. Sedangkan untuk istilah, mutarajjilah, mungkin terjemahan yang paling mendekati adalah “wanita tomboy”.

Dalam Syarahnya, al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullâh mengatakan, bahwa laknat dan celaan Rasûlullâh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tadi khusus ditujukan kepada orang yang sengaja meniru lawan jenisnya. Adapun bila hal tersebut bersifat pembawaan (karakter asli), maka ia cukup diperintah agar berusaha meninggalkannya semaksimal mungkin secara bertahap. Bila ia tidak mau berusaha meninggalkannya, dan membiarkan dirinya seperti itu, barulah ia berdosa, lebih-lebih bila ia menunjukkan sikap ridha dengan perangainya tadi.

Adapun sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa mukhannats alami tidak dianggap tercela ataupun berdosa. Maksudnya ialah seseorang yang tidak bisa meninggalkan cara berbicara yang lembut dan gerakan gemulai setelah ia berusaha meninggalkannya. Sedangkan bila ia masih dapat meninggalkannya walaupun secara bertahap, maka ia dianggap berdosa bila melakukannya tanpa udzur.[4]


Dari keterangan tadi, dapat disimpulkan bahwa banci terbagi menjadi dua.

Minggu, 07 April 2013

Pelajaran dari Kehancuran Kaum Saba'



Oleh
Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ ﴿١٥﴾ فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ ﴿١٦﴾ذَٰلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا ۖ وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu: dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), 'Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya!' (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." [Saba'/34:15-17]


PENDAHULUAN
Setelah Allâh Azza wa Jalla menyebutkan nikmat yang diberikan kepada keluarga (Nabi) Dawud 'alaihimussalâm, bentuk syukur mereka kepada Allâh Azza wa Jalla dan pengabaran bahwa hanya sedikit di antara hambanya yang bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan (pada ayat-ayat yang sebelumnya-pen), Allâh Azza wa Jalla menyebutkan kisah anak-keturunan Saba'.

Ini adalah salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang yang diberikan oleh Allâh kepada manusia. Dia Azza wa Jalla menceritakan kabar-kabar kaum yang dibinasakan dan diadzab kepada orang-orang yang tinggal berdekatan dengan bangsa Arab. Mereka menyaksikan langsung peninggalan-peninggalan serta saling menceritakan kabar kehancuran kaum tersebut. Dengan tujuan, mereka akan lebih membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan lebih dapat menerima peringatan dari beliau.

Saba' adalah suatu kabilah yang terkenal di negeri Yaman. Nama lengkap Saba' adalah Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthân. Tempat tinggal mereka berada di suatu daerah yang disebut Ma'rib. Allâh telah memberikan kepada mereka nikmat yang sangat besar, tetapi mereka tidak mensyukuri nikmat tersebut, sehingga Allâh menurunkan adzab dan mencabut nikmat-Nya. Itu adalah balasan yang setimpal untuk orang yang sangat kafir.


SIAPAKAH SABA’ ITU?
Dalam hadits Farwah bin Musaik, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam

Kamis, 14 Maret 2013

Marahnya Shahabat Rasulullah ketika ada yang Berangan-angan Hadir di Zaman Rasulullah

Tak diragukan lagibenak kita, akan keindahan hidup bila kita diperkenankan tuk bisa melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mata kepala sendiri, tentulah kan sirna segala kerinduan karena beliaulah penyejuk pandangan kita.

Namun, bagaimakah sikap para Sahabat beliau seandainya kita bisa mengutarakan pada mereka tentang segala angan kita tuk hadir dan menyertai zaman ketika sang Rasul diutus??

---->>> Abdur Rahman bin Nufair meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Suatu hari kami Duduk bersama Al Miqdad bin Al Aswad (salah satu Sahabat Nabi) radhiallahu ‘anhu kemudian seorang lelaki melewatinya dan berkata : “Betapa bahagia kedua matamu ini yang telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam! Sungguh kami pun mengharap bisa melihat apa yang engkau lihat, dan menyertai -kejadian- apa yang telah kau saksikan.”

Maka,

Minggu, 27 Januari 2013

Keutamaan Shalat Sunnah

Oleh
Muhammad bin Suud Al-Uraifi



Disyari’atkannya Shalat Sunnah

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan shalat sunnah untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." [Huud/11: 114]

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ

"Apabila kamu telah

Sabtu, 26 Januari 2013

Manfaat Shalat Tahajjud

Oleh
Muhammad bin Suud Al-Uraifi



Di antara manfaat shalat Tahajjud adalah:

Pertama: Seorang manusia bila ia berdiri melakukan shalat Tahajjud karena Allah, maka ia akan mudah berdiri pada hari di mana semua manusia akan berdiri menghadap kepada Rabb alam semesta. Namun bila seseorang bersenang-senang dan menghabiskan hari-harinya dengan kesia-siaan maka ia akan mendapatkan kesulitan di akhirat sana. Maka seseorang yang lelah di dunia ini, akan senang, bahagia dan menikmati suasana di akhirat sana.

Kedua: Laki-laki yang senantiasa melakukan shalat Tahajjud akan diberikan oleh Allah pada hari Kiamat kelak istri-istri yang banyak dari kalangan bidadari. Balasan adalah sesuai dengan amal perbuatan manusia.

Ketiga: Mendapatkan kesehatan badan. Seseorang yang bangun di waktu malam untuk melakukan shalat Tahajjud wajahnya akan dijadikan oleh Allah berwibawa, bersinar dan bercahaya.

Keempat: Hidayah, taufik dan bimbingan manusia kepada kebaikan segala urusannya ada-lah bila ia menunaikan hak-hak Allah. Maka Allah akan menunjukinya kepada jalan-jalan kebaikan tanpa ia sadari dan berbagai faidah, pe-mahaman dan karunia datang di tengah gelapnya malam. Bila manusia tidak mampu memahami sesuatu lalu ia bangun untuk melakukan shalat malam maka Allah akan membukakan pemaha-man kepadanya.

Kelima: Ini adalah manfaat yang paling besar dan agung, yaitu

Selasa, 25 Desember 2012

Fatwa MUI untuk Salafiyyin

Alhamdulillah, Shalawat serta salam kepada Rasulillah,,

Akhir-akhir ini bermunculan suara-suara sumbang tentang Salaf/Salafi. Bagaimana pandangan MUI Jakarta Utara tentang istilah ini, silahkan baca di bawah ini :



Pandangan MUI Jakarta Utara

Tentang Salaf / Salafi


Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta Utara mengeluarkan keputusan tentang Salaf/ Salafi. Keputusan itu dikeluarkan secara resmi dan ditandatangani oleh Ketua Umum QOIMUDDIEN THAMSY dan Sekretaris Umum Drs. ARIF MUZAKKIR MANNAN, HI. Keputusan dengan judul Pandangan Majelis Ulama Indonesia Kota Administrasi Jakarta Utara Tentang SALAF/SALAFI itu dikeluarkan di Jakarta, 12 Rabi’ul Akhir 1430 Hl 08 April 2009.


Salinan teks selengkapnya sebagai berikut:



Salinan


MAJELIS ULAMA INDONESIA

Kotamadya Jakarta Utara

Jl. Yos Sudarso No. 27-29 Telp. (021) 4357422, 4301124 Ext. 5375,

Fax. 4357422 Jakarta

—————————————————————————————————–


Pandangan Majelis Ulama Indonesia

Kota Administrasi Jakarta Utara

Tentang

SALAF/SALAFI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Administrasi Jakarta Utara,

MENIMBANG : a. bahwa pada akhir-akhir ini berkembang kajian-kajian salaf di beberapa daerah yang banyak masyarakat belum memahami makna salaf itu;

b. bahwa terjadi kesalah pahaman dalam memahami salaf;

c. bahwa muncul vonis sesat kepada keberadaan kajian-kajian salaf;

d. bahwa oleh karena itu, MUI Kota Administrasi Jakarta Utara perlu memberikan penjelasan tentang salaf/salafi, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.


MENGINGAT :

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat : 6)

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al-Ahzaab [33] : 36)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian

Selasa, 11 Desember 2012

Sudahkah Anda merasakan manfaat Shalat?

Oleh
Ustadz Mochammad Taufiq Badri



Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim. Sebuah ibadah mulia yang mempunyai peran penting bagi keislaman seseorang. Sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkan shalat seperti pondasi dalam sebuah bangunan. Beliau n bersabda:

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ….

Islam dibangun di atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, menegakkan shalat…. [HR Bukhâri dan Muslim]

Oleh karena itu, ketika muadzin mengumandangkan adzan, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengambil air wudhu, kemudian berbaris rapi di belakang imam shalat mereka. Mulailah kaum muslimin tenggelam dalam dialog dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan begitu khusyu’ menikmati shalat sampai imam mengucapkan salam. Dan setelah usai, masing-masing kembali pada aktifitasnya.

Timbul pertanyaan, apakah masing-masing kaum muslimin sama dalam menikmati shalat ini? Apakah juga mendapatkan hasil yang sama?

Perlu kita ketahui bahwa setiap amal shalih membawa pengaruh baik kepada pelaku-pelakunya. Pengaruh ini akan semakin besar sesuai dengan keikhlasan dan kebenaran amalan tersebut. Dan pernahkah kita bertanya, “apakah manfaat dari shalatku?” atau “sudahkah aku merasakan manfaat shalat?”

Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan: “Wahai, anak manusia. Shalat adalah yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.[1]

Dari nasihat beliau ini, kita bisa memahami bahwa shalat yang dilakukan secara benar akan membawa pengaruh positif kepada pelakunya. Dan pada kesempatan ini, marilah kita mempelajari manfaat-manfaat shalat. Kemudian kita tanyakan kepada diri sendiri, sudahkah aku merasakan manfaat shalat?

1. Shalat Adalah Simbol Ketenangan.
Shalat menunjukkan ketenangan jiwa dan kesucian hati para pelakunya. Ketika menegakkan shalat dengan sebenarnya, maka diraihlah puncak kebahagiaan hati dan sumber segala ketenangan jiwa. Dahulu, orang-orang shalih mendapatkan ketenangan dan pelepas segala permasalahan ketika mereka tenggelam dalam kekhusyu'kan shalat.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullah dalam Sunan-nya:
Suatu hari ‘Abdullah bin Muhammad al-Hanafiyah pergi bersama bapaknya menjenguk saudara mereka dari kalangan Anshar. Kemudian datanglah waktu shalat. Dia pun memanggil pelayannya,”Wahai pelayan, ambillah air wudhu! Semoga dengan shalat aku bisa beristirahat,” kami pun mengingkari perkataannya. Dia berkata: “Aku mendengar Nabi Muhammad bersabda,’Berdirilah ya Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat!’."[2]

Marilah kita mengintrospeksi diri, sudahkah ketenangan seperti ini kita dapatkan dalam shalat-shalat kita? Sudah sangat banyak shalat yang kita tunaikan, tetapi pernahkah kita berfikir manfaat shalat ini? Atau rutinitas shalat yang kita tegakkan sehari-hari?

Suatu ketika seorang tabi’in yang bernama Sa'id bin Musayib mengeluhkan sakit di matanya. Para sahabatnya berkata kepadanya: "Seandainya engkau mau berjalan-jalan melihat hijaunya Wadi 'Aqiq, pastilah akan meringankan sakitmu," tetapi ia menjawab: "Lalu apa gunanya aku shalat 'Isya` dan Subuh?"[3]

Demikianlah, generasi terdahulu dari umat ini memposisikan shalat dalam kehidupan mereka. Bagi mereka, shalat adalah obat bagi segala problematika. Dengan hati mereka menunaikan shalat, sehingga jiwa menuai ketenangan dan mendapatkan kebahagiaan.

2. Shalat Adalah Cahaya.
Ambillah cahaya dari shalat-shalat kita. Ingatlah,

Kamis, 01 November 2012

Biografi Syaikh DR. Abdul Azhim bin Badawi Al-Khalafi


Nasab dan Kelahiran
Nama beliau adalah Abdul Azhim bin Badawi bin Muhammad Al Khalafi. Beliau dilahirkan di desa Syin, markaz Qatur, provinsi Gharbiyyah di Mesir. Beliau dilahirkan pada tahun  1373 H atau bertepatan dengan 1954 M.

Pendidikan
Beliau menempuh tahapan pendidikan hingga level perguruan tinggi, dan menamatkan pendidikan S1 bidang Da’wah Wa Tsaqafah di Universitas Al Azhar Mesir pada tahun 1977 M.
Beliau melanjutkan pendidikan beliau pada universitas yang sama di bidang Ushulud Diin hingga meraih gelar Magister pada tahun 1994 M dengan tesis berjudul Al Harbu Was Salaam Fii Dhau’i Shurati Muhammad ‘Alaihis Shalatu Was Salaam.
Beliau lalu melanjutkan pendidikan pada universitas dan bidang yang sama hingga meraih gelar doktoral pada tahun 1998 M dengan tesis berjudul Syaikhul Azhar Musthafa ‘Abdurrazzaq Wa Juhuduhu Fid Da’wah.

Pekerjaan
Beliau mulanya bertugas sebagai imam dan khatib di kementerian agama di Kairo. Lalu beliau pindah ke Yordania dan bertugas menjadi imam serta khatib di kementerian agama Yordania selama 11 tahun. Namun beliau kembali lagi ke Mesir dan bertugas sebagai imam dan khatib di masjid An Nur milik kementerian agama di desan Syin hingga sekarang.

Hubungan Dengan Syaikh Al Albani
Syaikh Abdul Azhim memiliki hubungan yang erat dengan Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah.
Hal ini diceritakan dalam

Jumat, 05 Oktober 2012

Rezim Assad Ternyata Relokasi Senjata Kimia dan Bekerjasama dengan Israel

File Rahasia: Rezim Assad Ternyata Relokasi Senjata Kimia dan Bekerjasama dengan Israel
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Secara resmi, rezim Suriah dan sekutu-sekutunya, Rusia dan Iran, dengan sangat konsisten menolak tuduhan bahwa Presiden Bashar al-Assad bermaksud untuk menggunakan atau merelokasi senjata kimia mereka dalam perang yang sedang berlangsung untuk mempertahankan diri.

Namun dokumen-dokumen rahasia yang diperoleh oleh Al Arabiya justru mengungkapkan bahwa rezim Suriah melakukan langkah dengan menimbun senjata kimia dengan bantuan Iran dan sepengetahuan Rusia.

Selanjutnya, dokumen rahasia tambahan yang diperoleh juga mengungkapkan bahwa Assad juga berusaha mencari kerjasama lintas batas dengan "Negara Israel" yang rezim Suriah sering secara terbuka menyebut negara Zionis itu sebagai "entitas" bermusuhan.

File-file rahasia tersebut

Rabu, 03 Oktober 2012

Beribadah karena Mengharap Surga Merusak Keikhlasan?

Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang merusak keikhlasan, akan tetapi ternyata tidak merusak keikhlasan. Salah satu perkara tersebut adalah :


Beramal dalam rangka mencari surga.

Sebagian orang terlalu berlebihan dan salah faham tentang keikhlasan. Orang yang beramal sholeh karena mencari surga dinamakan oleh Robi'ah al-'Adawiyah dengan "Pekerja yang buruk". Ia berkata:

مَا عَبَدْتُهُ خَوْفًا مِنْ نَارِهِ وَلاَ حُبًّا فِي جَنَّتِهِ فَأَكُوْنَ كَأَجِيْرِ السُّوْءِ، بَلْ عَبَدْتُهُ حُبًّا لَهُ وَشَوْقًا إِلَيهِ

"Aku tidaklah menyembahNya karena takut neraka, dan tidak pula karena berharap surgaNya sehingga aku seperti pekerja yang buruk. Akan tetapi aku menyembahNya karena kecintaan dan kerinduan kepadaNya" (Ihyaa' Uluum ad-Diin 4/310)


Demikian juga Al-Ghozali mensifati orang yang seperti ini dengan orang yang ablah (dungu). Ia barkata,

فَالْعَامِلُ ِلأَجْلِ الْجَنَّةِ عَامِلٌ لِبَطْنِهِ وَفَرْجِهِ كَالْأَجِيْرِ السُّوْءِ وَدَرَجَتُهُ دَرَجَةُ الْبَلَهِ وَإِنَّهُ لَيَنَالُهَا بِعَمَلِهِ إِذْ أَكْثَرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْبَلَهُ وَأَمَّا عِبَادَةُ ذَوِي الْأَلْبَابِ فَإِنَّهَا لاَ تُجَاوِزُ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَالْفِكْرِ فِيْهِ لِجَمَالِهِ ... وَهَؤُلاَءِ أَرْفَعُ دَرَجَةً مِنَ الْاِلْتِفَاتِ إِلَى الْمَنْكُوْحِ وَالْمَطْعُوْمِ فِي الْجَنَّةِ

"Seseorang yang beramal karena surga maka ia adalah seorang yang beramal karena perut dan kemaluannya, seperti pekerja yang buruk. Dan derajatnya adalah derajat al-balah (orang dungu), dan sesungguhnya ia meraih surga dengan amalannya, karena kebanyakan penduduk surga adalah orang dungu. Adapun ibadah orang-orang ulil albab (yang cerdas) maka tidaklah melewati dzikir kepada Allah dan memikirkan tentang keindahanNya….maka mereka lebih tinggi derajatnya dari pada derajatnya orang-orang yang mengharapkan bidadari dan makanan di surga" (Ihyaa Uluumid Diin 3/375)

Tentunya ini adalah pendapat yang keliru. Bisa ditinjau dari beberapa sisi:

Pertama : Allah telah mensifati para nabi dan juga pemimpin kaum mukminin bahwasanya mereka beribadah kepada Allah dalam kondisi takut dan berharap. Allah berfirman

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا (٥٧)

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS Al-Isroo : 57)

Allah berfirman tentang 'Ibaadurrohman bahwasanya mereka takut dengan adzab neraka

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (٦٥)

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".(QS Al-Furqoon : 65)

Nabi Ibrahim 'alaihis salaam berkata dalam doanya

وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (٨٥)وَاغْفِرْ لأبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ (٨٦)وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ (٨٧)

Dan Jadikanlah aku Termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, Dan ampunilah bapakku, karena Sesungguhnya ia adalah Termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (QS Asy-Syu'aroo 85-87)

Allah memuji Nabi Zakariya dan juga Nabi Yahya 'alaihima as-salam dalam firmanNya

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ (٩٠)

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami. (QS Al-Anbiyaa : 90)

Demikian juga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terlalu banyak doa-doa beliau meminta surga dan terjauhkan dari neraka.

Kedua : Bahkan Allah

Kesalahan-Kesalahan Seputar Haji





Kesalahan ketika ihram
  1. Melewati miqot tanpa berihram seperti yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji Indonesia dan baru berihram ketika di Jeddah.
  2. Keyakinan bahwa disebut ihram jika telah mengenakan kain ihram. Padahal sebenarnya ihram adalah berniat dalam hati untuk masuk melakukan manasik.
  3. Wanita yang dalam keadaan haidh atau nifas meninggalkan ihram karena menganggap ihram itu harus suci terlebih dahulu. Padahal itu keliru. Yang tepat, wanita haidh atau nifas  boleh berihram dan melakukan manasik haji lainnya selain thawaf. Setelah ia suci barulah ia berthawaf tanpa harus keluar menuju Tan’im atau miqot untuk memulai ihram karena tadi sejak awal ia sudah berihram.

Kesalahan dalam thawaf
  1. Membaca doa khusus yang berbeda pada setiap putaran thawaf dan membacanya secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang pemandu. Ini jelas amalan yang tidak pernah diajarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Minggu, 22 April 2012

Jangan Tertipu dengan Orang yang Memperjuangkan Islam

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.
Seringkali kita mendengar seruan saudara kita untuk berjihad, untuk membela Islam melalui parlemen, atau membela Islam melalui penegakan khilafah. Mereka betul-betul semangat dalam hal ini. Namun janganlah tertipu. Tidaklah semua yang mengaku membela dan memperjuangkan Islam itu benar dan menempuh jalan yang benar. Barangkali mereka adalah orang-orang yang fajir dan bermaksiat pada Allah dengan perjuangan mereka. Barangkali jalan yang mereka tempuh itu keliru.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

Sesungguhnya tidak akan masuk surga orang kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas adalah cuplikan dari sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mengatakan pada orang yang mengaku Islam, “Dia termasuk penduduk neraka.” Ketika mengikuti peperangan, orang tersebut begitu semangat. Namun ia terkena luka parah. Kemudian ada yang berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang engkau katakan bahwa ia termasuk penduduk neraka, ia benar-benar hari itu telah berperang lalu ia mati.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Ia penghuni neraka.” Sebagian orang pun terheran-heran dan tetap dalam keadaan seperti itu. Ternyata, ada yang menceritakan bahwa orang tersebut sebelum mati, ia memiliki luka yang cukup parah. Ketika di malam hari, ia tidak sabar menahan lukanya yang parah tersebut. Lalu ia pun membunuh dirinya sendiri. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikabarkan tentang hal ini. Kemudian beliau pun bersabda,

اللَّهُ أَكْبَرُ ، أَشْهَدُ أَنِّى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Allahu akbar. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” 

Kemudian beliau pun memerintahkan Bilal dan beliau menyeru pada manusia,

إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim. Namun boleh jadi Allah akan memperjuangkan agama ini melalui orang yang fajir (bermaksiat).1



Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Allah akan menolong agama ini, walaupun melalui orang yang fajir (bermaksiat).

Kedua: An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab “Peringatan keras terhadap haramnya bunuh diri. Ingatlah bahwa seseorang yang membunuh dirinya sendiri akan disiksa di neraka dengan cara ia melakukan bunuh diri. Dan tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim.

Ketiga: Orang muslim pasti masuk surga. Namun boleh jadi dia masuk surga langsung. Dan boleh jadi ia masuk surga dengan terlebih dahulu mampir di neraka.2

Keempat: Bunuh diri termasuk dosa besar karena diancam neraka. Namun pelakunya tidaklah keluar dari Islam -selama tidak melakukan pembatal keislaman yang lain- karena ia masih disebut mukmin sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا , وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamuDan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. An Nisa’: 29-30)

Kelima: Orang yang bunuh diri akan disiksa sebagaimana cara ia melakukan bunuh diri. Hal ini disebutkan dalam hadits lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.3

Contohnya adalah orang yang mati bunuh diri karena mencekik lehernya sendiri atau mati karena menusuk dirinya dengan benda tajam.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الَّذِى يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِى النَّارِ ، وَالَّذِى يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِى النَّارِ

Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula di neraka. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara menusuk dirinya dengan benda tajam, maka di neraka dia akan menusuk dirinya pula dengan cara itu.4

Keenam: Jangan tertipu dengan orang-orang yang memperjuangkan atau membela Islam, sampai kita ketahui bahwa mereka benar-benar berpegang teguh pada sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).5 Jadi semata-mata membela Islam dan membuat Islam semakin jaya belum tentu orang tersebut dikatakan berada di atas kebenaran sampai kita tahu bahwa ia memegang ajaran Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah orang yang bunuh diri yang disebutkan dalam hadits di atas. Dia memperjuangkan Islam dengan berjihad di jalan Allah, namun ia pun berbuat maksiat dengan bunuh diri.

Ketujuh: Memperjuangkan Islam semata-mata bukan dengan modal semangat, namun haruslah menempuh jalan yang benar sebagaimana yang ditempuh para salaf yang sholih.

Kedelapan: Penghafal al Qur’an boleh jadi ada yang fajir (berbuat maksiat). Begitu pula orang yang berjihad bisa saja orang fajir. Namun kesholihan mereka bukan berarti membenarkan kemaksiatan yang mereka lakukan.6

Demikian sedikit faedah yang bisa kami ambil dari hadits di atas sesuai keterbatasan ilmu kami. Semoga bermanfaat.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Sumber: Dapatkan artikel menarik lainya di Muslim

Diam yang Menyelamatkan

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diam maka dia akan selamat.” (HR. Ahmad [6481] sanadnya disahihkan Syaikh Ahmad Syakir, lihat al-Musnad [6/36] dan disahihkan pula oleh Syaikh Abdullah bin Yusuf al-Judai’ dalam ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut, hal. 21-22 Bab Najatul Insan bi ash-Shamti wa Hifzhi al-Lisan)

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang yang benar-benar berhijrah adalah yang meninggalkan segala perkara yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman [10])

Dari Abu Musa radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan bahwa para Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah! Islam manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman [11] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [42])

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” Maknanya adalah orang yang tidak menyakiti seorang muslim, baik dengan ucapan maupun perbuatannya. Disebutkannya tangan secara khusus dikarenakan sebagian besar perbuatan dilakukan dengannya.” (lihat Syarh Muslim [2/93] cet. Dar Ibnu al-Haistam)

Imam al-Khaththabi rahimahullah berkata, “Maksud hadits ini adalah

Apakah Dajjal Sudah Ada Pada Zaman Nabi?

Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil


4. Apakah Dajjal Masih Hidup (Sekarang Ini)? Dan Apakah Dia Sudah Ada Pada Zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam?
Sebelum menjawab dua pertanyaan ini, hendaknya kita mengetahui keadaan Ibnu Shayyad, apakah dia Dajjal atau bukan?

Jika Dajjal itu bukan Ibnu Shayyad, apakah dia sudah ada sebelum ia menampakkan fitnahnya atau belum?

Dan sebelum menjawab pertanyan-pertanyaan ini, kami akan mengenal-kan Ibnu Shayyad terlebih dahulu.

a. Ibnu Shayyad.
Namanya adalah Shafi -ada juga yang mengatakan ‘Abdullah- bin Shayyad atau Shaa-id.[1]

Ia dari kalangan Yahudi Madinah, ada juga yang mengatakan dari ka-langan Anshar. Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah, ia masih kanak-kanak.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ia masuk Islam, dan anaknya adalah ‘Umarah yang termasuk di antara Tabi’in yang terkemuka. Imam Malik rahimahullah dan yang lainnya meriwayatkan darinya.[2]

Imam adz-Dzahabi rahimahullah memuat biografi tentangnya dalam kitab ‘Tajriidu Asmaa-ish Shahaabah’, beliau berkata, “‘Abdullah bin Shayyad, Ibnu Syahin [3] menyebutkan dalam periwayatannya, ia berkata, ‘Dia adalah Ibnu Sha-id, ayahnya seorang Yahudi, ‘Abdullah dilahirkan dalam keadaan buta dan dalam keadaan telah dikhitan, dialah yang dikatakan orang sebagai Dajjal. Kemudian ia masuk Islam, ia termasuk kalangan Tabi’in, dan pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (ketika masih kafir).” [4]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya al-Ishaabah, menyebutkan biografinya sebagaimana yang diutarakan oleh Imam adz-Dzahabi, selanjutnya ia berkata, “Di antara anaknya adalah ‘Umarah bin ‘Abdullah bin Shayyad, ia termasuk orang terkemuka di antara kaum muslimin, dan termasuk rekan Sa’id bin Musayyib. Imam Malik dan yang lainnya telah meriwayatkan hadits darinya.”

Kemudian Ibnu Hajar menyebutkan sejumlah hadits tentang Ibnu Shay-yad, sebagaimana akan kita sebutkan pada kesempatan berikutnya.

Selanjutnya beliau berkata, “Secara garis besar, mengkategorikan Ibnu Shayyad dalam golongan Sahabat tidak memiliki arti penting, sebab apabila ia benar-benar Dajjal, maka secara pasti ia tidak mungkin tergolong Sahabat karena kematiannya pasti dalam keadaan kafir. Akan tetapi jika tidak seperti itu, maka keadaan bertemunya dia dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah saat dirinya belum masuk Islam.” [5]

Akan tetapi jika setelahnya ia

Al-Masih Ad-Dajjal


Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil


1. Makna al-Masiih
Abu ‘Abdillah al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan dua puluh tiga pendapat tentang asal kata tersebut [1]. Sementara penulis kitab al-Qaamuus melanjutkan-nya menjadi lima puluh pendapat.”[2]

Lafazh ini dimutlakkan untuk orang yang benar, juga dimutlakkan untuk orang yang sesat lagi pendusta.

Al-Masih ‘Isa bin Maryam Alaihissallam adalah orang yang benar, sementara al-Masih ad-Dajjal adalah yang sesat lagi pendusta.

Allah menciptakan dua al-Masih, salah satu dari keduanya adalah lawan untuk yang lain.

Nabi ‘Isa Alaihissallam adalah al-Masih yang membawa petunjuk, dia menyembuhkan orang buta sejak lahir, yang berpenyakit kusta, juga menghidupkan yang mati dengan seizin Allah.

Sementara Dajjal -semoga Allah melaknatnya- adalah al-Masih yang membawa kesesatan. Dia menguji manusia dengan sesuatu yang diberikan kepadanya berupa kemampuan-kemampuan yang luar biasa, seperti menurunkan hujan, menghidupkan bumi dengan tumbuhan, dan hal-hal lain yang diluar kebiasaan.

Dajjal dinamakan juga dengan al-Masih karena salah satu matanya buta, atau karena dia mengelilingi dunia hanya dalam waktu empat puluh hari.[3]

Pendapat pertamalah yang paling kuat, karena adanya hadits:

إِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ.

“Sesungguhnya Dajjal itu terhapus (buta) sebelah matanya.” [4]


2. Makna ad-Dajjal
Lafazh ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), makna-
nya adalah dicat dengan ter dan menutupi dengannya.[5]

Makna asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah

Kamis, 12 April 2012

Dialog Aswaja, Syi'ah (Shiah), dan Wahabi tentang Bid'ah Hasanah

Aswaja : Hari ini 12 rabiul awwal sungguh aku sangat bahagia loh….

Syiah
: Emang lu kenape?, kemarin-kemarin kurang bahagia?

Aswaja : Kagak gitu bro, hari ini gua ngerayain hari maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gua sangat gembira dengan hari lahirnya nabi

Syi’ah
: Kalau gua …..gua sangat sedih pas hari 10 Muharram lalu….hik hik hik…jadi nangis gua ngingatnya…hik

Aswaja : Emang kenapa lu nangis??!

Syi’ah
: Soalnya hari itu hari terbunuhnya Husain bin Ali bin Abi Tholib, kami kerukunan warga syi’ah memperingati hari tersebut dengan hari ratapan. Bahkan sebagian kami sampai memukulkan pedang di tubuh kami sehingga mengeluarkan darah.

Aswaja : Loh…lu lu kok pada ngeri buanget sih…sampai acara melukai tubuh segala. Emang itu disyari’atkan?, setahu ku aswaja tidak melakukannya

Syi’ah : Jelas sangat disyari’atkan…., bukankah kalian keluarga aswaja juga sangat cinta kepada Husain?, apakah kalian tidak bersedih dengan terbunuhnya Husain secara tragis pada tanggal 10 Muharrom?

Aswaja : Iya ….kami jelas sangat cinta pada Husain…tapikan acara seperti yang kalian lakukan itu tidak ada syari’atnya??

Syi’ah : Justru sangat disyari’atkan sebagai bentuk bela sungkawa dan turut berduka cita atas kematian Husain. Sekali lagi…kalau kalian mengaku cinta kepada Husain mestinya lu lu pade semuanya juga ikut berpartisipasi meramaikan acara kami. Kalau kalian tidak ikut berpartisipasi maka pengakuan kalian mencintai Husain hanyalah OMONG KOSONG BELAKA !!!!

Aswaja : Kok bisa begitu???, Kan Para sahabat tidak pernah melakukannya?, kan Nabi tidak pernah menganjurkannya??, kan tidak pernah dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu !!!

Syi’ah : Meskipun tidak pernah dicontohkan Nabi tapi kan yang penting baik?? Bisa menambah kecintaan kita kepada cucu Nabi yaitu Husain !!!. Loh kalian juga kenapa ngadain acara mauludan? Wong Nabi juga tidak pernah ngadain mauludan?

Aswaja : Memang sih…tapi kan itu baik sekali?, acara mauludan kan bisa menambahkan kecintaan kepada Nabi?

Syi’ah : Lah sama saja dengan kita-kita dong….wong kita juga ngadain acara ratapan pada 10 Muharrom kan juga menambahkan rasa cinta kepada Husain

Aswaja : Tapi cara kalian buruk, pake acara mukul-mukul badan segala?, sampai darah lagi?

Syi’ah : loh…buruk itu menurut lu…menurut gua sangat baik…justru dengan seperti itu semakin mendalam kecintaan kami kepada Husain…semakin kami merasakan derita yang dirasakan Husain dan keluarganya.

Loh kalian juga merayakan maulud Nabi, kan itu buruk, karena harus mengeluarkan biaya, kadang campur laki-laki perempuan, dll?

Aswaja : loh itu buruk menurut lu pade, tapi menurut kami justru itu sebagai indikasi dan barometer rasa kecintaan kepada kanjeng Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Syi’ah : Wah kita kagak usah ribut deh…kita ternyata sama loh….

Aswaja : Sama apaan?

Syi’ah : Banyak kesamaan kita :

-         Pertama :

Baca juga yang ini:

Baca juga yang ini:

Recent Posts Widget

Komentar Terakhir