Daftar Isi

Kamis, 08 Desember 2011

Perbaikan Taksonomi Bloom

oleh: Sarwanto


Sekali lagi, guru dibuat tergapai-gapai oleh perubahan kurikulum di Indonesia. Sebenarnya perubahan kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dari kurikulum 2004 sangat sedikit sekali. Guru dan sekolah dibuat “kebakaran jenggot” manakala diminta membuat kurikulum untuk sekolahnya sendiri. Bagi sekolah yang sudah siap atau sekolah yang menggunakan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) pada saat kurikulum 2004 dan sebelumnya diterapkan -karena sekolah memiliki kekhasan- tidak menjadi sangat bermasalah. Guru dulu tinggal memakai kurikulum dari Departemen Pendidikan dan cenderung menjadi pelaksana kurikulum saja, sehingga banyak yang tidak mengetahui bagaimana seluk beluk penyusunan dan pengembangan kurikulum.

Ada satu langkah yang dapat digunakan sebagai acuan kecil dalam penyusunan kurikulum untuk sekolah. Beberapa tahun yang lalu sudah di luncurkan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Visi dan Misi dalam MBS akan mengarahkan sekolah dan membawa sekolah ke suatu tujuan. Termasuk di dalamnya memberi arahan produk siswa dari sekolah akan membawa siswa memiliki kompetensi tertentu. Setiap bidang studi merupakan tulang ikan (fish bone) yang diharapkan menghantarkan siswa sesuai dengan misi yang ditetapkan sekolah. Keberhasilan membawa siswa mencapai tujuan sekolah sangat tergantung pada akar rumput (grass root) sekolah yaitu guru. Dengan demikian pemahaman guru yang benar tentang visi dan misi sekolah harus segera dilakukan. Visi dan misi sekolah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan kurikuler oleh guru-guru sesuai dengan bidang studi masing-masing.

Perumusan tujuan pembelajaran memang tidak mudah bagi guru, apalagi dalam KTSP tujuan pembelajaran akan menjadikan nilai ke-khas-an dari tiap sekolah. Pada umumnya guru akan menyusun tujuan pembelajaran mengikuti taksonomi Bloom yang menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai kategori perilaku belajar. Taksononi ini merupakan hasil kerja tim psikologi yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1950-an. Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak. Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R. Krathwohl, ranah psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.

Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking). Urutan perubahan taksonomi ini sebagai berikut:

Taksonomi Bloom Perbaikan Taksonomi Bloom
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan

Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.

Pada tahun 2001, Anderson bekerja sama dengan Krathwohl (yang dulu mengembangkan ranah afektif) menelaah taksonomi ini agar lebih terkait dengan pembelajaran modern. Hasilnya, mereka menggabungkan dimensi kognitif dengan dimensi pengetahuan (substansi). Ternyata perluasan taksonomi ini sangat membantu pengembangan kurikulum serta guru untuk menulis kompetensi, tujuan pembelajaran dan strategi penilaian. Perbaikan Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl yang memadukan proses berfikir dengan dimensi pengetahuan digambarkan dalam tabel berikut ini:

Dimensi Proses berfikir
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Mencipta
Dimensi Pengetahuan Faktual
Konseptual
Prosedural O
Meta-kognisi

Pengetahuan faktual merupakan elemen dasar yang digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu agar mudah dipemahaman, dan terorganisasi secara sistematis. Pengetahuan faktual terdiri atas pengetahuan terminologi dan elemen dengan informasi khusus, misalnya notasi, lambang, tempat kejadian, nama penemu dll.

Pengetahuan konseptual merupakan interelasi diantara elemen-elemen dasar yang terstruktur dan memungkinkan terbentuk fungsi bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari pengetahuan klasifikasi dan kategori; pengetahuan prinsip dan generalisasi; pengetahuan teori, model dan struktur. Pengetahuan prosedural adalah prosedur yang cocok dalam mengerjakan sesuatu, kriteria dalam penggunaan keterampilan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan meta kognitif yaitu pengetahuan strategi dan kesadaran tentang cara berpikir pada diri sendiri dalam melakukan sesuatu.

Tabel perbaikan taksonomi Bloom ini dapat digunakan untuk menyusun indikator dan kompetensi pembelajaran. Misalkan seorang guru Fisika SMA akan mengajarkan perpindahan panas. Ia menginginkan kompetensi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran berhubungan dengan pengetahuan prosedur dan pada tingkatan proses berfikir menerapkan (pada tabel taksonomi di atas terletak di sel O). Pernyataan indikator pembelajaran tinggal mengkaitkan proses berfikir (kata kerja) misalnya membuat sketsa dan pengetahuan prosedural (kata benda) misalnya metode. Indikator pembelajaran dapat disusun “siswa dapat membuat sketsa penggunaan perpindahan panas konveksi pada air”. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan mestinya tidak hanya pada tataran proses berfikir menerapkan, tetapi dimulai dari yang paling sederhana mengingat sampai yang paling tidak pada penerapan. Sedangkan evaluasinya, disesuaikan dengan proses pembelajaran jadi mengukur proses berfikir mengingat, aspek proses berfikir memahami dan seterusnya. Satu indikator pembelajaran dapat dikembangkan menjadi beberapa item soal, tergantung prosesnya.

Demikianlah, penggunaan taksonomi Bloom yang sudah diperbaiki dapat digunakan untuk meringankan beban berat guru dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan guru. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat demi kemajuan sekolah, maupun kemajuan bangsa dan negara ini. Terima kasih.

Sumber File: Materi PLPG Rayon 14 UNS Tahun 2008

Sumber: http://aguswuryanto.wordpress.com/2011/02/25/perbaikan-taksonomi-bloom/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila ingin membesarkan teks silakan pencet dan tahan tombol "CTRL" kemudian pencet tombol "+" di keyboard.

Biasakan menyertakan link sumber dalam mengutip, atau kami akan berlakukan DMCA.

Baca juga yang ini:

Baca juga yang ini:

Recent Posts Widget

Komentar Terakhir